Melihat Persis Solo yang carut marut tentu membuat miris hati Pasoepati. Tanpa tujuan yang jelas tentu membuat Klub hanya terkesan sekedar iseng mengikuti Liga Indonesia.
Persis Junior Yang Terus Memperlihatkan Potensi
Tentu berbanding terbalik dengan prestasi Arema Indonesia yang semakin menjadi barometer klub Profesional di Indonesia. Kenapa? Karena Klub Plat Merah harus selalu tunduk dengan aturan Pemerintah Daerah yang memilikinya.
Jika pemerintah daerah bersedia membiayai pendanaan Klub daerahnya, bisa di pastikan klub tidak akan sempoyongan dalam mencari dana kompetisi. Namun jika pemerintah daerah enggan membiayai, bisa dipastikan Klub juga akan gulung tikar.
Swastanisasi
Pasoepati meskipun sebagai suporter Persis Solo, namun tidak punya hak dalam menentukan kebijakan klub yang di dukungnya. Karena bagaimanapun Pemerintah Kota yang mempunyai kekuasaan tertinggidalam pembinaan Persis Solo.
Pasoepati Terus Memberikan Dukungan Meski Pada Level Piala Suratin
Beda halnya jika persis Solo di jual ke Publik atau di swastanisasi, maka mayoritas pemegang saham bisa memberikan andil dalam menentukan arah pembinaan dan target yang akan di capai.
Klub baru
Langkah yang paling ekstrim jika prestasi persis Solo terus tidak menentu adalah dengan membuat Klub baru yang sahamnya dimiliki oleh Pasoepati.
Hal ini bisa saja di tempuh jika Pasoepati ingin memiliki sebuah klub yang profesional, punya akses dalam mengelola klubĀ dan lepas dari bantuan APBD.
Dengan banyak potensi yang dimiliki oleh Pasoepati, hal ini rasanya bukanlah hal yang mustahil di wujudkan karena banyak pihak yang tertarik menggandeng publik sepakbola solo dengan militansi pasoepati-nya.
*-Apapapun reaksi anda, ini hanyalah opini dari seorang Pasoepati yang menginginkan prestasi terhadap klub yang didukungnya