Home / Opini / Artikel Pembaca

Rabu, 4 Desember 2013 - 20:09 WIB

[Artikel Pembaca] Suara Suporter Seharusnya Dihargai

kidulSabtu, 27 Maret 2010, Stadion Benteng Tangerang menjadi saksi bisu betapa heroiknya Pasoepati saat mendukung tim kesayangannya, Persis Solo. Sekitar 500 lebih Pasoepati rela melakukan perjalanan lebih dari 12 jam untuk mendampingi tim kesayangannya menghadapi tuan rumah Persikota Tangerang dalam laga terakhir kompetisi Divisi Utama 2009/2010.

Jauh sebelum hari keberangkatan, Pasoepati sudah tahu bahwa apapun hasil pertandingan tersebut tetap tidak akan mengubah posisi Persis Solo di dasar klasemen dan tetap akan terdegradasi ke Divisi Satu (mengacu pada manual liga yang digelar PSSI). Namun apa yang terjadi, suporter yang identik dengan warna merah tersebut tetap nekad berangkat ke Tangerang guna mendukung perjuangan Ferryanto dkk menghadapi Persikota Tangerang.

Berkat dukungan dari suporter setianya tersebut, para pemain Persis Solo seperti bermain menggila dan akhirnya berhasil menahan tim tuan rumah dengan skor 1-1 melalui sepakan Nova Zaenal.

Atas kenekatan Pasoepati itu, sebuah blog sepakbola Asia Tenggara (JakartaCasual) menjuluki Pasoepati sebagai suporter paling setia tahun 2010. Melakukan awayday ke Kota lain meski tim yang didukungnya sudah pasti terdegradasi menjadi nilai lebih bagi pengelola blog tersebut.

Ketika ditanya sebagian besar Pasoepati menjawab bahwa aksi tersebut sebagai bukti kecintaan Pasoepati terhadap Persis Solo yang di awal musim sebelum mengikuti kompetisi sudah dalam kondisi kembang kempis perihal pendanaan. Pasoepati pun kala itu berujar, apapun hasilnya kami akan tetap mendukung tim ini sampai kompetisi selesai. Sebuah aksi yang luar biasa di sepakbola Indonesia.

Kecintaan Pasoepati terhadap Pasoepati sebenarnya menjadi modal awal yang baik bagi Persis Solo menghadapi kompetisi sepakbola non APBD. Persis punya dukungan fans yang luar biasa, bahkan bisa dibilang fanatisme suporter Solo termasuk salah satu yang tertinggi di Indonesia.

Jika mengacu pada perkembangan sepakbola modern yang menganggap fans/suporter sebagai salah satu aset berharga klub, tentu sangat jauh jika kita menengok apa yang didapatkan Pasoepati. Boleh dibilang selama ini Persis Solo berjalan sendirian tanpa menggandeng Pasoepati sebagai salah satu stackholder penopang kehidupan klub berjuluk Laskar Sambernyawa tersebut.

Lalu apa hasilnya jika Suporter dan manajemen bergandengan tangan? Sebuah sinergi positif tentu akan hadir manakala semua pihak yang mengaku sebagai pecinta Persis Solo duduk bersama membahas nasib klub warisan leluhur yang dahulu saat lahirnya bernama vorstenlandsche voetball bond 1923.

Jika ingin berprestasi, dengarlah suara suporter. Jika tidak, maka anak cucu kita hanya akan mendengar masa jaya Persis Solo di kompetisi perserikatan puluhan tahun silam.

Salam pecinta Persis Solo, sisi selatan Stadion Manahan.

Share :

Baca Juga

Opini

Dualisme Persis Berakhir Tragis, Pasoepati Inginkan Persis Solo Hanya Satu

Opini

Siapkah Persis Solo Tanpa APBD Musim Depan

Artikel Pembaca

Imajinasi Merger Persis Solo

Opini

Nyanyian Rasis, Masih Layak Kah?

Artikel Pembaca

Sepak Bola Indonesia : Prestasi, Bisnis Atau Politik?

Artikel Pembaca

Artikel Pembaca: Apakah PSSI Sudah Berhasil?

Artikel Pembaca

Sepakbola dan Kedewasaan Suporter, Refleksi 11 Tahun Pasoepati

Opini

Pasoepati Harus Segera Bentuk DPP