Persis Solo gagal mencuri poin dalam pertandingan tandang terakhirnya di musim ini usai dikalahkan tim tuan rumah PSCS Cilacap dengan skor 1-0, Minggu (27/5) sore di stadion Wijaya Kusuma, Cilacap. Kekalahan Persis pun kembali berbuntut kekecewaan yang berlebih bagi skuad Persis sendiri. Pasalnya, untuk kesekian kalinya tim kebanggaan suporter Pasoepati ini merasa dicurangi oleh wasit sebagai pengadil di lapangan pertandingan.
Gol Ferryanto lagi-lagi dianulir oleh wasit. Dua pertandingan, dua gol, dua anulir dan dua keputusan kontroversial dari wasit.
Persis sah-sah saja kecewa dengan kepemimpinan wasit sore tadi karena sang pengadil lapangan tersebut lebih dulu menganulir gol Persis yang dicetak oleh Ferryanto Eko Saputro di penghujung pertandingan babak pertama. Ya, Persis sebenarnya bisa saja menutup jalannya pertandingan di babak pertama dengan keunggulan satu gol andai saja gol Ferryanto tak dianulir. Wasit memberikan keputusan kontroversial menganulir gol Ferryanto dengan alasan terjadinya pelanggaran. Akibat keputusan tersebut, menyulut protes keras dari sejumlah pemain Persis kepada wasit.
Pelatih Persis Solo, Junaidi seusai pertandingan berakhir tak bisa menutupi kekecewaannya terhadap buruknya kepemimpinan wasit. Junaidi menilai bahwa gol timnya di penghujung babak pertama itu adalah gol yang sah.
“Di babak pertama menit ke-45 seharusnya Persis itu mencetak gol. Ternyata ada pelanggaran, tapi ketika wasit ditanya sama pemain, wasit katanya menjawab “lupa tidak tahu pelanggaran apa”. Justru kami itu terlalu mendapatkan tekanan dari wasit di lapangan. Secara permainan tim, kami sudah bermain bagus, tapi mohon maaf saya katakan bahwa tim Persis ditekan terus oleh wasit,” kata Junaidi seusai pertandingan berakhir.
Wasit kini memang tengah menjadi sorotan tajam kubu Persis di setiap pertandingan. Masih teringat jelas dengan pertandingan Persis minggu lalu, gol kemenangan Persis yang dicetak oleh Ferryanto ke gawang Persikab Bandung juga dianulir oleh wasit dengan alasan offside, meski fakta sebenarnya yang terjadi di lapangan berbanding terbalik dengan keputusan wasit.
Ironis memang, liga yang kini mengaku sebagai kompetisi liga profesional di negeri ini, nyatanya masih saja tak mampu menghadirkan perangkat-perangkat pertandingan berkualitas yang bisa menyuguhkan sebuah pertandingan yang fair play.