Wacana kopdar Pasoepati yang selama ini didengungkan di dunia maya akhirnya benar-benar terlaksana. Langgeng Jatmiko, koordinator acara tersebut langsung merespon dan melakukan persiapan guna menyongsong acara tersebut.
Kemarin malam, bertempat di halaman Griya Solopos, acara dimulai pada pukul 8 malam. Pokok bahasan acara kopdar tersebut adalah tentang masa depan Pasoepati yang sampai saat ini menemui ketidakpastian setelah terpilihnya pasangan Wawan dan Bakuh sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Dihadiri oleh Wapres, mantan Presiden dan mantan Wapres Pasoepati yang diantaranya adalah Bakuh Prakoso, Mayor Haristanto, Bimo Putranto dan Prapto Koting. Acara kopdar tersebut dipandu oleh mantan wapres Pasoepati Langgeng Jatmiko. Acara kopdar kali ini memang berlangsung terbuka dengan disuguhi beberapa pertanyaan dari Pasoepati yang mengikuti acara kopdar ini. Terhitung sekitar 300 anggota Pasoepati ikut berpartisipasi dalam acara kopdar yang didukung oleh harian Solopos dan acara dibuka oleh sambutan dari para mantan Presiden dan Wapres, tak lupa dari Wapres Pasoepati saat ini Bakuh Prakoso.
Founding father Pasoepati Mayor Haristanto contohnya. Beliau mengaku bahwa kehadirannya dalam acara kopdar tersebut adalah suatu nostalgia baginya. Mengenakan kaos dan syal Pasoepati yang dibuat pada tahun 2000, beliau bercerita tentang Pasoepati dulu sampai saat ini. “Dulu, untuk membesarkan nama Pasoepati, kami harus mendukung berbagai macam olahraga seperti Piala Thomas dan Uber serta event-event yang lainnya. Sehingga dari situlah nama Pasoepati cepat dikenal luas oleh masyarakat”, cerita Mayor.
Suwarmin, salah satu pendiri Pasoepati juga angkat bicara. Beliau mengaku, Pasoepati saat ini sedang ada di titik terendah. Namun, beliau sangat optimis bahwasannya nama Pasoepati belum tenggelam di telan bumi. “Jika pada final Piala Dunia lalu SBY mengenakan syal Pasoepati saat nonton bareng di Cikeas dan berita tersebut beredar dimana-mana, maka saya masih optimis nama Pasoepati belum habis”, jelas Suwarmin. Suwarmin juga menambahkan, jika Pasoepati ingin lebih eksis dan bangkit kembali, maka semua itu tergantung dari pimpinan Pasoepati sendiri yaitu Wawan dan Bakuh. Pada intinya, Wawan dan Bakuh harus bertanggung jawab untuk mengakhiri ketidakpastian dari organisasi yang sedang dipimpinnya itu.
Berbagai pertanyaan dan tanggapan pun muncul dari beberapa anggota Pasoepati yang hadir. Pada intinya, mereka menginginkan Pasoepati bisa eksis dan berbicara banyak di persepakbolaan Indonesia seperti pada era sebelumnya. Ya, Pasoepati saat ini memang sedang mengalami ketidakpastian. Apalagi dengan belum dibentuknya kabinet setelah Wawan dan Bakuh terpilih.
Menaggapi berbagai kritikan tersebut, Wapres Pasoepati Bakuh Prakoso mengaku bahwa masa depan Pasoepati saat ini ada di tangan Wawan Sarwanto, Presiden terpilih pada tahun ini. Masih menurutnya, dirinya tidak mempunyai wewenang untuk membentuk kabinet karena yang mempunyai wewenang tersebut adalah Presiden. “Wawan yang mempunyai wewenang, karena dia adalah Presidennya. Jadi saya tidak berhak untuk memutuskan”, jelas Bakuh.
“Yang pasti, jangan campur adukkan antara politik dan sepakbola. Walaupun saya orang politik, tetapi tidak pernah saya campur adukkan pada saat saya menjabat sebagai Presiden Pasoepati. Dan satu lagi, jangan sampai ada permusuhan diantara Pasoepati”, terang Bimo Putranto saat memberikan sambutan.
Acara kopdar tersebut akhirnya diambil kesimpulan, bahwa Majelis Pasoepati akan segera bergerak untuk memanggil Wawan dan Bakuh sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Apakah akan melanjutkan kinerja atau berhenti dan kembali melakukan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Mari kita tunggu pergerakan dari Majelis Pasoepati, karena kita semua tidak menginginkan nama Pasoepati semakin tenggelam di dunia sepakbola nasional. (Babhe / Foto: Edo Krisma)