Entah apa yang ada di dalam kepala manajemen Persis solo. Apa karena seringnya Pasoepati mengelukan Feriyanto cs sebagai pahlawan, kemudian manajemen menganggap semua pemain Persis solo layaknya pahlwan jaman kemerdekaan seperti Sisinga Amaraja, Teuku Umar dan pahlawan nasional lainnya,Yang dapat berjuang di medan laga tanpa perlu bayaran atau gaji. Atau mereka tidak mengerti kalo pemain sepakbola itu adalah sebuah profesi. Jangan-jangan mereka mengira Tinton Suharto cs bermain bola hanya untuk olahrga cari keringat agar perutnya tidak buncit. Entahlah apa yang manajemen pikirkan, tetapi jika mereka berpikiran seperti yang saya sebutkan di atas, maka tidak perlu menunggu lama-lama untuk membawa mereka ke psikiater terdekat.
Saya mulai mencintai Persis solo tahun 2007 waktu saya masih kuliah di Solo karena saya sendiri bukan orang asli Solo. Dimulai dari iseng-iseng diajak menonton pertandingan oleh teman saya, lambat laun Persis solo menjadi sebuah candu dalam hidup saya. Persis Solo adalah pelarian ketika stres karena tugas kuliah yang menumpuk, Persis Solo adalah pelarian ketika saya tidak punya teman, Persis Solo adalah pelarian ketika putus dengan pacar, Persis Solo adalah obat mujarab ketika saya sedang diserang penyakit bernama masalah kehidupan.
Tak bisa dipungkiri lagi selama 6 tahun ini Persis Solo benar-benar mempengaruhi kehidupan saya. Saya tidak suka diajak berdebat siapa yang paling militan dalam mendukung Persis Solo. Namun jika ada orang yang bertanya kepada saya “apakah anda memiliki ikatan emosional yang kuat dengan Persis Solo”? Maka tidak perlu ragu-ragu lagi saya akan menjawab “YA, SANGAT KUAT”.
Selama ini sebenarnya Persis punya banyak talenta-talenta bagus yang sebenarnya berpotensi untuk mengembalikan kejayaan club, tapi krn kebodohan manajemen, mereka dibiarkan pergi begitu saja. Tidak perlu saya sebutkan satu per satu siapa talenta persis solo yg disia-siakan oleh manajemen, saya yakin anda sendiri pasti sudah tahu. Kalaupun anda belum lama mendukung Persis solo, anda bisa cari di google atau bertanya kepada rekan anda Pasoepati yang lebih senior tentang bagaimana bodohnya manajemen membiarkan talenta luar biasa yang dimiliki persis pergi begitu saja.
Tentu kita tidak bisa menyamakan Persis solo dengan Arsenal yang juga sering membiarkan pemain bintangnya pergi. Arsenal memang mempersilahkan Samir nasri, fabregas, RVP hengkang dari club, tapi imbasnya adalah finansial Arsenal yang sangatlah sehat. Beda dengan talenta-talenta Persis, mereka pergi krn masalah gaji yang sering telat dan kurang profesionalnya manajemen. Memang sangat miris. Jika Berbatov meminta pindah dari Man United hanya karena sering dibangku cadangkan oleh Sir Alex Ferguson, tentu kita tidak boleh terus-terusan menyalahkan Nova Zaenal yang kemudian menandatangani kontrak dengan PSIM karena masalah gaji di Persis yang selalu ribet. Walaupun ternyata di klub barunya juga tidak ada bedanya *senyum* 🙂
Ketika Persis menghempaskan Persewon 4-0 kemarin, saya sedang kerja lembur di kantor bersama bos saya. Setelah pukul 15.30 konsentrasi lembur saya mulai buyar. Jika pecandu narkoba menyilet tangannya sendiri kemudian menghisap darahnya karena kecanduan. Saya yang waktu itu tidak bisa menonton langsung ke stadion karena kerjaan. Maka satu-satunya yang bisa saya lakukan untuk mengobati kecanduan saya adalah membuka live update pertandingan di twitter. Setiap menit tidak henti-hentinya saya merefresh timeline untuk melihat live tweet pertandingan Persis vs Persewon. Dan setiap kali akun@PasoepatiNet memberi kabar jika Persis Solo mencetak gol saya langsung tersenyum lebar gembira sembari mengepalkan tangan. Raga saya mungkin berada di kantor bersama bos saya, tapi jiwa saya berada di Manahan bersama ribuan Pasoepati yang datang di sana.
Apresiasi dan sanjungan memang layak untuk diberikan kepada para punggawa Persis. Terlepas dari masalah gaji yang belum beres namun mereka dapat berjuang secara maksimal, bahkan mereka mampu membawa Persis ke papan atas klasemen sementara. Tidak perlu diperdebatkan lagi mereka memang luar biasa. Entah bagaimana caranya untuk bisa menyelesaikan masalah gaji pemain yang selalu ribet seperti sekarang ini. Saya juga bingung, bahkan rumput yang bergoyang juga tidak bisa menjawabnya. Saya hanya bisa berharap semoga masalah ini segera terselesaikan. Semoga manajemen bisa profesional dalam mengurus Persis dibandingkan manajemen sebelumnya yang selalu membuat kami kecewa. Semoga tidak ada lagi talenta luar biasa yang pergi lagi. Semoga Persis Solo berjaya dan disegani di kancah persepakbolaan Indonesia.
Namun apapun yang terjadi “We Will Keep The Red Flag Flying High” dan candu itu akan terus saya hisap selama hidup saya. (Yoga, dari titik tertinggi Pracimantoro)