Home / Artikel Pembaca

Jumat, 15 April 2011 - 07:56 WIB

Antara Prinsip dan Loyalitas

Etimologi latin dari loyalitas adalah hukum atau prinsip (loyal berasal dari kata latin: legalis yang berarti legal/hukum). Loyalitas berpijak di atas prinsip-prinsip yang kita miliki dan pegang. Kita tidak mungkin loyal kepada negara kita, jika dalam diri kita tidak tertanam prinsip patriotisme. Kita juga tidak mungkin loyal kepada “sesuatu”, jika dalam diri kita tidak tertanam prinsip-prinsip “sesuatu” itu.

Kenapa? Karena prinsip itu bagaikan sebuah buku pedoman yang membawa kita menuju ke suatu tujuan. Apakah kita bisa loyal, jika substansi yang kita bela tidak memiliki tujuan yang pasti? Bagaimana mungkin kita bisa loyal, kalau kita tidak mengenal jati diri substansi yang kita bela?

Cara kita memegang prinsip, juga menentukan jenis loyalitas yang kita miliki. Jika cara kita memegang prinsip itu salah, maka kita akan memiliki loyalitas yang buta. Sebaliknya jika kita memegang suatu prinsip dengan benar, maka kita akan memiliki loyalitas yang murni dan benar. Loyalitas yang buta terjadi saat kita loyal kepada prinsip itu sendiri dan bukannya kepada suatu substansi. Sementara loyalitas sejati adalah loyalitas yang menempatkan suatu substansi sebagai obyeknya, berdasarkan prinsip-prinsip sejati yang kita pegang.

Contoh: wahyu memegang prinsip yang benar dengan cara yang salah. Pada awalnya dia tidak melakukan kesalahan. Tetapi pada waktu dia berdebat, kita bisa melihat kalau Wahyu memegang prinsip dengan cara yang kurang benar. Wahyu memiliki loyalitas yang buta dengan meletakkan pengertiannya sendiri di atas kepentingan sebuah subtansi. Wahyu loyal kepada prinsipnya sendiri dan bukannya kepada subtansi yg dia bela. Hal yang harus kita ingat: “Prinsip hanyalah pijakan dan bukan hal yang harus kita bela habis-habisan.

Enam Pendukung Loyalitas

Loyalitas tidak hanya sekedar kepatuhan/kesetiaan tampak luar. Lebih dari itu, loyalitas merupakan karakter yang tertanam dalam kehidupan kita. Mungkin seseorang bisa kelihatan loyal, sementara hatinya jauh dari itu.

Kamus Oxford Thesaurus mendaftar beberapa kata pendukung arti loyalitas yang terangkum dalam enam hal, yaitu:

1.Percaya dan bisa dipercaya
Jika kita ingin memiliki loyalitas, kita harus bisa percaya sepenuhnya kepada substansi yang kita bela. Selain itu kita harus bisa dipercaya. Suatu ketidakmungkinan bila kita disebut memiliki loyalitas, sementara kita tidak bisa dipercaya.

2.Tidak pura-pura
Loyalitas adalah karakter yang mengandung ketulusan. Kepura-puraan tidak bisa mengiringi loyalitas. Kita tidak akan memiliki loyalitas kepada sebuah subtansi, kalau kita memiliki hati yang pura-pura dalam pelayanan kepada subtansi tersebut.

3.Konsisten dan stabil
Konsistensi dan stabilitas emosi adalah salah satu pendukung berat loyalitas. Bukanlah sebuah loyalitas kalau kita tersenyum saat dipuji, sementara kita mengumpat saat ditegur.

4.Mengasihi
Seseorang yang loyal tentunya mengasihi substansi tempat dia memberi loyalitasnya. Seseorang yang menyebut dirinya loyal kepada sebuah organisasi, tentunya kita bisa melihat kasihnya kepada organisasi tersebut.

5.Dedikasi
Loyalitas juga mengandung dedikasi. Kalau kita berani menyebut diri kita loyal kepada sebuah subtansi, maka kita harus berani pula berdedikasi atas pelayanan kita subtansi tersebut.

6.Patriotik
Salah satu hal yang menarik dari enam pendukung loyalitas adalah sikap patriotik. Kalau kita mengaku loyal kepada sebuah organisasi, kita harus memiliki sifat patriotik kepada organisasi itu. Kamus Bahasa Indonesia mendefinisikan patriotik sebagai pembela tanah air. Kita harus membela habis-habisan organisasi kita, “Tanah air” kita sebagai bukti loyalitas kita kepada organisasi tersebut.

Melihat dari segi definisi patriotik sebagai pembela tanah air, sebagai organisasi masa yang besar pasoepati seharusnya bisa menerapkan itu, tanah air akan utuh dan tidak terpecah belah jika kita mempunyai rasa damai, buat apa permusuhan, tawuran, saling ejek (rasis) jika hanya akan membuat dampak negative bagi pasoepati.

Mari kita (Pasoepati) mulailah belajar damai dalam hati diri kita pribadi, yang akan bisa membawa kedamaian antar suku, korwil, dan akan menjadi perdamaian antar supporter Indonesia.

* Article submissions from CAHYO ADI, edited and published by SN.

Share :

Baca Juga

Artikel Pembaca

Apa Kabar Persis Solo?

Artikel Pembaca

[Artikel Pembaca] Persis Solo, Sebuah Candu Dalam Hidup Saya

Artikel Pembaca

Menilik Peluang Aris Budi Bertahan di Persis Solo

Artikel Pembaca

Belajar Pada Suporter Blackpool

Artikel Pembaca

Antara “Ndeso” dan Rasisme

PASOEPATI

Crowdfunding Dinamika Satu Dekade Pasoepati

Artikel Pembaca

[Artikel Pembaca] Menarik Minat Penonton Melalui Atraksi Suporter

Artikel Pembaca

Pasoepati 16th: Merayakan Kebersamaan