Waskito Candra, meski masih muda namun kemampuannya mumpuni
Tak selamanya dualisme Persis Solo berujung tragis, nampaknya hal tersebut pantas jika dialamatkan kepada tim berjuluk Laskar Samber Nyawa tersebut. Efek dari dualisme Persis Solo adalah ajang bagi para pemain muda Solo untuk menimba pengalaman berkompetisi di ajang Divisi Utama Liga Indonesia baik dari PT. Liga Indonesia (PT.LI) maupun PT. Liga Prima Indonesia Sportindo (PT. LPIS).
Dari Persis Solo LPIS ada tiga pemain yunior yang rutin mendapatkan tempat reguler meski hanya berstatus pemain cadangan, mereka adalah Waskito Candra, Rahman Purwanto serta Sidiq Kuncoro. Bahkan untuk Waskito dan Sidiq, mereka sudah menjadi pemain inti ketika beberapa pemain Persis Solo memilih mundur dari klub ini di tengah kompetisi.
Sedangkan dari Persis Solo PT.LI memunculkan lebih banyak nama pemain muda, Akbar Riansyah, Agung Wowot, Rianto Ardi, Danur Jenah serta Bagus Setya bahkan sudah menjadi tulang punggung klub yang diarsiteki oleh Agung Setyabudi tersebut.
Banyaknya pemain muda yang sudah mengenyam pengalaman bermain di kompetisi divisi Utama tersebut menjadi sebuah modal bagus bagi pengurus Persis Solo jika berniat mengembangkan bakat pemain lokal serta menekan anggaran gaji pemain. Apalagi Persis Solo dalam beberapa musim terakir termasuk tim yang selalu bermasalah dengan penyelesaian masalah gaji pemain.
Lantas bagaimana nasib Persis Solo musim depan? Belum ada berita resmi yang dikeluarkan oleh pengurus Persis Solo terkait pembentukan tim Persis Solo musim depan. Para pengurus nampaknya masih menunggu penyelenggaraan Muscab sebelum melakukan langkah resmi terkait nasib tim berjuluk Laskar Samber Nyawa tersebut.