Home / Artikel Pembaca

Minggu, 18 Juli 2010 - 23:09 WIB

Stadion R.Maladi Merupakan Fondasi Pertama Sepakbola Indonesia

Ketika awal berdirinya, PSSI hanyalah organisasi yang disepelekan oleh HNVB (Hwa Nan Voetbal Bond) dan NIVB (Netherland Indonesia Voetbal Bond). Apalagi kedua organisasi sepakbola China dan Belanda tersebut mempunyai kompetisi yang rutin ditambah seringnya mengundang timnas asing dalam setiap turnamen semakin menenggelamkan organisasi sepakbola bumiputra (PSSI).

Organisasi bumiputra sendiri terpuruk, selain ketidakpedulian yang diperlihatkan oleh bangsa penjajah juga disebabkan banyaknya pemain sepakbola saat itu yang lebih memilih berkalir di bond-bond kota (anggota organisasi sepakbola Belanda) dan mereka tidak sudi bermain di bond bumiputra yang hanya bermain di sawah sebagai lapangan bolanya. Ditambah PSSI belum memilik tenaga ahli dalam mengkoordinasi sebuah kompetisi.

Bahkan pada tahun 1932 PSSI hampir bubar, sebelum akhirnya dr.Soetomo berhasil membujuk anggotanya untuk terus bertahan. Akhirnya di tengah cemooh, ejekan dan penghinaan terhadap organisasi PSSI ini pihak Keraton surakarta yaitu Sri Susuhunan berinisiatif untuk membangun  sebuah stadion pada tahun 1932. Stadion ini merupakan stadion pertama yang dibangun oleh bangsa Indonesia. Sedangkan stadion-stadion saat itu dibangun oleh bangsa penjajah dimana pribumi dilarang menginjakkan kaki di stadion mereka.

Sedangkan khusus  di Soerakarta saat itu, atlet sepakbola bumiputra hanya boleh main di lapangan Alun-alun Kidul, tanpa alas kaki. Melihat perlakuan yang tidak adil tersebut membuat R.M.T Wongsanegoro mengusulkan kepada Raja Surakarta untuk membangun Stadion yang dikhususkan menampung atlit bumiputra. Kemudian Raja yang berkuasa sejak tahun bedirinya klub Rood-Wit itu langsung setuju, orang nomor satu yang terkenal sangat menaruh perhatian terhadap sepakbola ini memberikan lokasi di Kebun Suwung (Kelurahan Sriwedari).

Perencana stadion dipercayakan kepada Mr. Zeylman dengan menghabiskan biaya sebesar 30000 gulden, dan pelaksa pembangunan sendiri dilakukan oleh R. Ng. Tjondrodiprojo beserta 100 pekerjanya selama 8 bulan. Stadion yang berbentuk oval dan dilengkapi dengan track untuk bermain atletik dan lampu sorot disetiap sudut ini selesai pada tahun 1933. Suatu mahakarya yang menakjubkan, melebihi yang dimiliki dan dikuasai oleh Belanda saat itu.

Peresmian stadion Sriwedari dilakukan oleh G.P.H Hargopalar atas nama Sri Susuhunan. Bangsa Belanda yang melihat hasil cucuran keringat bumiputra tersebut iri dan meminta agar bisa menggunakan stadion megah tersebut. Akhirnya terpaksa Persis Solo dan anggotanya hanya bisa menggunakan stadion tersebut pagi dan sore dan malam menjadi hak Voetba Bond Soerakarta (Klub Sepkbola  Belanda).

PSSI pun bisa bangga karena memilik stadion megah yang dibangun oleh anak bangsa. Untuk selanjutnya, stadion tersebut pada tanggal 9-12 September 1948 juga dijadikan sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) Pertama. Dan sampai sekarang setiap tanggal 9 september juga dijadikan sebagai hari olahraga Indonesia. Di masa pemerintahan orde baru, stadion kebanggan warga Surakarta ini juga dijadikan sebagai monumen PON Pertama.

Setelah meninggalnya Raden Maladi pada tanggal 30 April 2001, maka Stadion Sriwedari berganti nama menjadi Stadion R.Maladi. Hal ini untuk menghormati jasa sang pahlawan yang juga pernah menjadi Ketua Umum PSSI (1950-1959). Selain itu sosok Raden Maladi juga tidak bisa dipisahkan dengan kota  Surakarta karena beliau lahir di Surakarta pada tanggal 30 Agustus 1912. Walaupun ketika menjadi penjaga gawang tangguh karirnya banyak dihabiskan di klub PSIM Mataram, mantan Menteri Penerangan (1959-1962) dan mantan Menpora (1964-1966) ini sangatlah berjasa juga dalam persepakbolaan Surakarta.

* Sumber: Palupi, Sri Agustina (2004), Politik dan Sepakbola di Jawa.

* Dikirimkan oleh Handoyo “Yoyo” Soebosito, Etnograf Sepakbola Indonesia, serta seorang Pasoepati, Tinggal di Yogyakarta.

Share :

Baca Juga

Artikel Pembaca

Anarkisme Tidak Terjadi Begitu Saja

Artikel Pembaca

Klub Internal Sepakat Dukung Persis BLI

Opini

[Artikel Pembaca] Suara Suporter Seharusnya Dihargai

Artikel Pembaca

[Artikel Pembaca] Persis Solo, Sebuah Candu Dalam Hidup Saya

Artikel Pembaca

Khotbah Untuk Jamaah Persis Solo

Artikel Pembaca

Sampai Kapan Kami Harus Menunggu ?

Artikel Pembaca

Turnamen PJS di Solo, Jakmania Kulonuwun ke Pasoepati

Artikel Pembaca

[Catatan Redaksi] Mau Dibawa Kemana Persis Solo Kami?