Home / Artikel Pembaca

Selasa, 24 Mei 2011 - 19:18 WIB

PSSI! Tolong Jangan Solo Lagi!

Persis Solo yang jadi pesakitan, Stadion Manahan di gunakan untuk pesta tim lain

Minggu 22 Mei 2011 ketika untuk sekian kalinya penulis memasuki stadion manahan sebagai jurnalis untuk meliput secara langsung partai semifinal liga divisi utama PSSI 2010/2011 antara Persidafon vs Persiba, ada perasaan yang aneh direlung hati ketika melihat betapa seluruh tribun dipenuhi warna merah, merah yang tidak seperti biasa penulis lihat selama ini.

Sebelumnya sempat ada perasaan bangga didalam dada ini melihat Solo dalam hal ini Stadion Manahan kembali dipercaya oleh PSSI untuk menggelar gelaran tertinggi divisi utama, berarti menurut kesimpulan penulis, Solo selama ini selalu berhasil menggelar hajatan besar sepak bola Nasional.

Namun hati ini juga seketika miris ketika tersadar bahwa lautan merah yang ada dihadapan penulis saat itu bukanlah sang merah penghuni asli manahan, mereka adalah merah yang lain, merah dari daerah selatan pulau jawa. Seketika penulis teringat klub asli Solo yang saat ini telah resmi tereliminasi dari kasta kedua kompetisi sepak bola Indonesia, klub yang selama ini menjadi idola si merah penghuni tetap manahan.

Dada ini mendadak sesak menghadapi kenyataan bahwa partai puncak divisi utama ini kembali digelar dikota Solo, Kota yang mana Persis 1923 juga ikut berlaga didalamnya! Apa yang melatarbelakangi PSSI untuk menggelar laga puncak 2 tahun berturut-turut di Kota Solo?! Kota dimana klubnya selalu menjadi langganan juru kunci dan bahkan akhirnya saat ini terdegradasi! Apa PSSI tidak memikirkan bagaimana perasaan pecinta sepakbola Solo ketika gelaran puncak divisi utama tersebut terus digelar di Solo? Ibaratnya disaat orang lain sekarat, didepannya malah digunakan orang untuk berpesta pora!

Semoga tahun ini adalah tahun terakhir digelarnya even-even besar sepakbola di Kota Solo. PSSI juga harus memikirkan bagaimana kondisi psikologis warga Solo yang saat ini sangat merindukan prestasi klubnya yang sedang terpuruk. PSSI jangan hanya memikirkan aspek kemudahan yang ada di Solo, baik prasarana, akomodasi maupun transportasi serta keamanan. PSSI jangan hanya ingin meraup untung dari suksesnya setiap gelaran sepakbola di Solo tanpa memikirkan bagaimana perasaan penghuni asli manahan yang mungkin hanya bisa tersenyum kecut dengan hati teriris menyambut suporter lain daerah yang datang langsung ke Solo*.

*Penulis adalah pemerhati sepakbola Solo, sekarang bekerja sebagai jurnalis di luar Solo.

 

 

Share :

Baca Juga

Artikel Pembaca

Stadion R.Maladi Merupakan Fondasi Pertama Sepakbola Indonesia

Artikel Pembaca

[Artikel Pembaca] Kami di Belakangmu!

Opini

[Artikel Pembaca] Suara Suporter Seharusnya Dihargai

HEADLINE

[ARTIKEL PEMBACA] PERSIB BANDUNG DOMINASI KEMENANGAN SAAT BERTEMU PERSIS SOLO

Artikel Pembaca

Ketika Cinta Terbentur Permusuhan Suporter

Artikel Pembaca

Rasis Itu Penyakit, Bukan Seni

Artikel Pembaca

[Artikel Pembaca] Bangkitlah Persis Solo!

Artikel Pembaca

[SUARA PEMBACA] ANTARA PERSIS SOLO DAN SI SAFETY PLAYER