Selain karena faktor kedalaman skuad dan kekuatan tim, Persis Solo boleh dikatakan beruntung karena harus melakoni dua laga kompetisi Divisi Utama di kandangnya, tak hanya itu lawan yang dihadapi adalah dua tim yang sudah dipahami betul karakter bermainnya oleh Jafri Sastra.
Ya, Jafri Sastra menukangi Persis Solo sekitar 27 hari menjelang kick off Liga 2 Indonesia. Dengan waktu persiapan yang sedikit, Jafri terlihat masih kesulitan mencari komposisi yang pas di timnya, hal tersebut terlihat dari dua laga uji coba resmi yang dilakoni pelatih asal Payakumbuh tersebut. M Wahyu dkk terlihat kurang kompak dan gagal menyajikan permainan yang atraktif.
Lantas kenapa Persis Solo meraih hasil sempurna di dua laga awal dan mampu mencetak enam gol? Jawabannya adalah ketenangan dan kejelian Jafri Sastra membaca kondisi tim yang diasuhnya. bahkan, Jafri Sastra pun tak sungkan berkomunikasi dengan Widyantoro untuk sekedar bertukar informasi karakter pemain yang dipunyainya saat ini.
Kunci sukses Persis Solo saat ini adalah Jafri Sastra pun tidak merombak komposisi skuad utama di timnya, dirinya tetap memakai komposisi utama seperti musim lalu, hanya lima pemain saja yang diubah yakni striker utama diisi Johan Yoga, flank kiri diisi Azka Fauzi, bek kanan diisi Iqbal Samad, gelandang bertahan diisi Heru Setiawan serta penjaga gawang diisi Galih Sudaryono. Selebihnya adalah skuad utama musim lalu.
Sekarang kita bahas sejumlah perubahan skuad yang dilakukan Jafri Sastra musim ini:
Johan Yoga | Penyerang jangkung ini menjadi kepingan yang musim lalu tidak dipunyai Persis Solo. Ketenangan dan kemampuan melindungi bola yang dimiliki Johan membuat bek lawan harus bekerja keras untuk berduel mengamankan area di depan kotak penalti. Meski baru mencetak dua gol dari dua laga, peran Johan terlihat cukup vital mengingat hanya dirinyalah striker murni yang dimiliki Persis Solo.
Azka Fauzi | Mantan Penyerang Bali United ini sudah mencetak dua gol dari dua laga yang dilakoni. Azka dengan mudah beradaptasi di tim Persis Solo karena Jafri Sastra memberi ruang di posisi flank, area yang sesuai kemampuan Azka yang mengandalkan kecepatan berlari. Azka beruntung karena ada Eli Nasoka dan Johan Yoga yang membuat kemampuannya tereksploitasi dengan sangat baik di Persis Solo.
Heru Setiawan | Musim lalu, posisi dua gelandang bertahan diisi oleh M Wahyu dan Bayu Andra, namun kehadiran Heru yang lebih muda dan enerjik membuat Bayu Andra harus rela duduk di bangku cadangan. Gaya bermain Heru membuat Eli Nasoka lebih mudah mengeksploitasi kemampuan menyerangnya karena adanya duo jangkar ( M Wahtu dan Heru) di lini tengah.
Iqbal Samad | Usianya memang sudah tidak muda lagi, 35 tahun. Keputusan Jafri Sastra merekrutnya sempat mendapatkan cibiran dari suporter. Namun jika suporter jeli melihat dari sudut pandang lain, pilihan Jafri Sastra merekrut Iqbal adalah pilihan yang tepat. Pengalaman Iqbal Samad berkompetisi di Liga 1 membuat lini belakang Persis Solo lebih mempunyai ketenangan saat ditekan oleh lawan. Hal berbeda jika dibandingkan musim lalu, posisi bek kanan Persis Solo adalah titik paling rawan di tim yang selalu dieksploitasi lawan.
Galih Sudaryono | Sulit membandingkan Agung Prasetyo dengan Galih Sudaryono karena kemampuan keduanya terbilang mumpuni. Namun, Galih unggul dalam pengalaman bermain di kompetisi level atas tanah air, plus gaya bermainnya yang eksentrik membuat penyerang lawan kehilangan konsentrasi.
Jafri Sastra sudah membuktikan kapasitasnya meracik tim kala bermain di lga kandang, sekarang eks pelatih Mitra KUkartersebut dituntut membuktikannya juga saat melakoni laga away. Jika menilik statistik pertandingan, seharusnya Jafri Sastra beruntung karena duo aceh tersebut dalam kondisi yang kurang bagus. Dua poin away menjadi hasil minimal yang harus direalisasikan kala bertandang ke Bumi Serambi Mekah.