“Siapakah Presiden Pasoepati sekarang?” Pertanyaan singkat seperti itulah yang cukup menggelitik untuk didengar dalam beberapa waktu belakangan ini. Ya, sosok Presiden baru Pasoepati kali ini memang jauh sekali dari pemberitaan di media. Sepak terjangnya seakan belum jelas terlihat pasca terpilih secara aklamasi dalam Konggres ke-IV Pasoepati yang digelar di Balai Persis akhir Februari lalu.
Adalah seorang Wawan Sarwanto, pria yang kini menjabat sebagai Presiden Pasoepati untuk beberapa tahun ke depan. Berduet dengan Bakuh Prakoso sebagai wakilnya, sejumlah kalangan Pasoepati berharap bahwa duet inilah yang akan menjadi ujung tombak guna mengembalikan masa kejayaan Pasoepati seperti era tahun 2000.
Wawan Sarwanto, sang Presiden baru ini memang begitu mudah dikenali dan dijumpai seusai pelantikannya sebagai Presiden baru. Beberapa pertandingan Persis Solo jelang berakhirnya kompetisi liga divisi utama lalu, sosok pak Wawan, begitu ia kerap disapa, sangat mudah dijumpai di seputaran stadion Manahan Solo. Namun situasi itu tak berlangsung lama, pasalnya seusai kompetisi berakhir sosok Wawan Sarwanto sebagai Presiden Pasoepati seakan telah tenggelam dan tak dikenali lagi. Bahkan tugasnya untuk membentuk kabinet kepengurusan di DPP Pasoepati pasca terpilih sebagai Presiden Pasoepati, hingga saat ini belumlah terwujud. Kemanakah sang Presiden? Kinerja dari Presiden Pasoepati memang menjadi sorotan berbagai pihak, tak terkecuali dari kalangan pendiri Pasoepati sendiri. Bahkan dalam kesimpulannya dalam acara Kopdar Pasoepati yang berlangsung bulan Juni lalu, memberikan kesimpulan bahwa majelis Pasoepati akan segera bergerak untuk memanggil Presiden dan Wakil Presiden Pasoepati untuk dimintai keterangannya terkait situasi yang terjadi.
Sebagai sebuah kelompok massa, keberadaan ketua kelompok (baca : Presiden) sangatlah penting diperlukan. Selain sebagai pengambil sebuah keputusan, sosok ketua kelompok juga bertindak sebagai penggerak utama dari roda kelompok massa yang ia pimpin. Seperti layaknya sebuah kapal, tidak akan bisa berlayar secara benar jika tidak ada nahkoda yang menjadi pemimpin para awak kapalnya itu sendiri.
Pasoepati yang beranggotakan puluhan ribu orang ini tentunya sangat berharap sekali mempunyai sosok pemimpin yang bisa diandalkan. Pemimpin yang bisa menampung aspirasi anggotanya kemudian merumuskan dan kemudian memutuskan. Pasoepati sebenarnya tidak terlalu mementingkan pemimpin yang berlatar belakang orang kaya, berlatar belakang pejabat, atau pun berlatar belakang orang politik. Pasoepati tidak membutuhkan seorang pemimpin yang cuma bisa datang ke stadion dengan hanya berkalung syal merah dan cukup melambaikan tangannya ke arah para anggotanya. Tapi jauh dari itu semua, Pasoepati justru membutuhkan sosok pemimpin yang bisa merangkul anggotanya dan mau bekerja sama demi kemajuan Pasoepati tercinta. Pasoepati butuh sosok pemimpin yang tahu akan aspirasi anggotanya, memberikan inspirasi dan motivasi, menggagas konsep dan menunjuk anggotanya sebagai rekan kerja terbaiknya. Pasoepati membutuhkan sosok pemimpin yang kreatif, mau bergerak untuk kemajuan bersama. Sosok pemimpin yang benar-benar memiliki loyalitas dan dedikasi tinggi untuk membesarkan nama Pasoepati itu sendiri. Kami merindukan sosok pemimpin seperti itu.
Naskah : Adjiwae Onengisme
Foto : Bakhtiar Najahi Majid