Home / Artikel Pembaca

Jumat, 19 September 2014 - 22:40 WIB

Oleh-Oleh Ciamis, Sebuah Cerita dari Tim Statistik Persis Solo

Chaos Ciamis

Sebelum kejadian di Ciamis kemarin hari, saya tidak pernah membayangkan bahwa perjalanan ini akan berlangsung sedemikian mengerikan. Saya malah antusias, karena inilah awayday terjauh yang akan saya tempuh, ke tanah parahyangan yang belum pernah saya kunjungi bersama Persis Solo. Ciamis yang terkenal sebagai daerah yang rapi dan bersih lagi masyarakatnya yang ramah khas orang Sunda. Belum lagi, Ciamis punya stadion yang apik dan rumput yang terawat adalah salah satu faktor mengapa saya sangat menantikan pertandingan ini dan sampai rela pegi ke daerah yang jaraknya kurang lebih 300-an kilometer dari Solo. Bagi supporter sepakbola kelas divisi utama, jarang rasanya mempunyai kesempatan untuk menyaksikan tim kebanggaanya bermain apik diatas lapangan hijau yg terawat, karena mayoritas pesertanya hanya bermodalkan stadion lawas yang tak diurus dengan maksimal fasilitasnya. Benar-benar pengalaman baru yang ingin segera saya alami waktu itu.

Saya dan 3 kawan saya, beserta sebagian supporter asal Solo lainnya menuju Ciamis menggunakan kereta Kahuripan yang berangkat dari stasiun Purwosari selepas magrib. Perjalanan berlangsung lancar tidak ada gangguan apapun. Perasaan was-was saat melewati daerah Jogja dan sekitarnya juga akhirnya hilang dengan sendirinya karena yang ditakutkan berupa ‘sambutan’ dari supporter setempat juga tidak terjadi. Setelah menempuh waktu sekitar 6 jam, kami akhirnya menampakan kaki di stasiun Ciamis selasa (16/9) dini hari disambut keramahan perwakilan supporter tuan rumah.

Sejurus kemudian saya mencari penginapan untuk sekedar beristirahat agar siang harinya bisa cukup fit untuk menyaksikan langsung game PSGC Ciamis – Persis Solo. Penginapan Budi Familia di jalan Ahmad Yani yang saya pilih, 2 kamar untuk 4 peserta rombongan saya. Hotel ini saya temukan atas petunjuk warga Ciamis yang kebetulan kami temui di jalan. Kamar yang bersih dan nyaman dan cukup murah untuk kami. Gambaran yang pas dengan kota Ciamis yang kurang lebih demikian batin saya, kota yang rapi dan bersih saat saya menyusuri jalan sampai alun alun kota sembari mencari makan malam. Setelah kenyang saya kembali ke hotel dan istirahat diselimuti udara kota Ciamis yang dingin.

Baca Juga   [Polda Jateng Cup] Tandang ke Semarang, DPP Pasoepati Buka Pemesanan Tiket Pertandingan

Sampai juga waktu dimana saya bergegas menuju stadion Galuh yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari penginapan. Pukul 13.30 saya menuju stadion beberapa kali saling melempar salam ke supporter tuan rumah. Suasana akrab begitu terasa mengingat memang tidak ada satu hal pun yang bisa membuat kubu tuan rumah harus bertindak tidak baik ke kami yang datang dengan damai. Apalagi beberapa supporter yang datang ke Manahan tempo hari untuk mendukung PSGC bertanding melawan Persis juga mendapat sambutan yang baik.

Pertandingan akhirnya dimulai sekitar pukul 15.30. Tapi belum juga 15 menit berjalan, hal yang tak disangka-sangka pun terjadi. Keributan meledak di tribun timur yang ditempati pendukung Solo dengan kelompok supporter PSGC yang ada di tribun selatan. Akibat dari bentrokan itu, beberapa orang menjadi korban pelemparan dan harus mendapat perawatan medis. Supporter asal Solo yang pulang menggunakan kereta terpaksa mendekam di tengah lapangan sampai pukul 22.00 menunggu suasana kondusif untuk selanjutnya di antar ke stasiun Banjar yg berjaran 25 kilometer dari stadion dengan truk bantuan dari pemkab Ciamis bagi. Yang pengguna bus harus pulang dengan kondisi bus yang rusak akibat kejadian itu.

Ditengah keributan itu, saya dan satu kawan saya –karena 2 lainnya pisah dan memilih nonton di tribun timur- juga mendapat perlakuan kurang menyenangkan berupa pemukulan. Pertama memang saya merasa marah dan tidak terima, tapi hanya sebentar sebelum saya akhirnya menyesal. Hal ini terjadi bukan tanpa alasan. Andai saja saya dan kawan tidak mengikuti emosi dengan merayakan gol Bayu Nugroho di tribun VIP yang kebanyakan warga Ciamis, pasti saya tidak dikenali sebagai wong Solo dan masih bisa melanjutkan kegiatan mencatata statistic pertandingan sampai laga usai. Bogem mentah dari salah seorang penonton juga pasti tidak mendarat di pipi kiri kawan saya. Saya mencoba memaklumi, karena saya juga merasa dongkol jika kejadian tadi berlaku sebaliknya, ketika saya berharap tim kesayangan saya menang, tapi malah kebobolan, ditambah ada orang yang seolah meledek penderitaan yg saya alami.

Baca Juga   Bayu Nugroho Penuhi Janjinya Cetak Gol ke Gawang PSPS Pekanbaru

Sekarang tugas kita semua bukanlah terus menyimpan bara kemarahan dan dendam melainkan mencoba memadamkannya. Jangan sampai sebuah perjalanan menjadi kenangan yang buruk dan tidak membuat kita mempunyai pandangan yang lebih luas dalam melihat sebuah permasalahan. Ada baiknya kita mencoba introspeksi diri, lembah mana andhap asor, memandang dari segala sisi untuk bisa menilai kejadian ini secara obyektif dengan mengesampingkan dulu mana yang salah mana yang benar. Memang kita tidak bisa mengelak, kerugian yang dialami kubu Solo sangatlah banyak dan berat. Tapi kita juga tidak boleh memungkiri bahwa stadion kebanggaan Ciamis juga rusak akibat bentrokan kemarin.

Sejatinya sebuah perjalanan adalah pengalaman yang membuat kita menjadi lebih baik karena suatu hal yang baru itu. Untuk saya pribadi, awayday kali ini merubah cara pikir saya bahwa saya mungkin harus lebih pintar meluapkan emosi. Pepatah ‘Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung’ selalu terngiang di benak saya sepanjang perjalanan pulang ke Solo. Bahwa yang terpenting lagi, lewat ritual awayday, membuka kesempatan kita untuk bisa mendapat ribuan saudara dalam sekali lawatan, bukan jutaan musuh baru akibat emosi yang tak terkontrol.

Share :

Baca Juga

Artikel Pembaca

Merdekalah Sepakbola Indonesia!

Artikel Pembaca

Artikel Pembaca, Mengenal Prinsip Fair Play

Artikel Pembaca

Sampai Kapan Kami Harus Menunggu ?

Artikel Pembaca

Imajinasi Merger Persis Solo

Artikel Pembaca

Stadion R.Maladi Merupakan Fondasi Pertama Sepakbola Indonesia

Artikel Pembaca

Crowdfunding Dinamika Satu Dekade Pasoepati

Artikel Pembaca

Klub Internal Sepakat Dukung Persis BLI

Artikel Pembaca

[Artikel Pembaca] Passion, Fanatisme dan Kegilaan