Home / Artikel Pembaca

Sabtu, 17 Agustus 2013 - 10:32 WIB

Merdekalah Sepakbola Indonesia!

Timnas Indonesia

Bagi seluruh rakyat Indonesia, ada satu hari yang teramat khusus setahun sekali. Hari raya Nasional yang tentunya mempunyai nilai sejarah yang tinggi bagi perkembangan Negara Indonesia. Dan hari apakah itu? Ya, hari Kemerdekaan Indonesia, tepat pada tanggal 17 Agustus. 68 Tahun yang lalu, Ir. Soekarno membacakan proklamasi yang berisikan pernyataan kemerdekaan Indonesia. Dan terhitung mulai saat itu, Indonesia sudah bebas dari penjajah, sudah bebas dari belenggu-belenggu kerja rodi yang menjerat para rakyat, dan sebagainya yang berkaitan dengan penjajahan yang telah berlangsung selama lebih dari 3 Abad. Well, setelah puluhan tahun semenjak kemerdekaan, mulai muncul banyak pertanyaan ‘Sebenarnya kita sudah merdeka belum sih?’ Oke, supaya tulisan saya tidak melebar ke hal-hal yang lain, saya akan membatasi kepada hal-hal yang bersangkutan dengan judul saja. Yaitu ‘Merdeka’ dan ‘Sepak Bola Indonesia’.

Pertama-tama adalah Merdeka. Apakah itu merdeka? Sesuai yang saya kutip dari http://kbbi.web.id/, bahwasanya Merdeka secara bahasa adalah: 1. bebas (dari perhambaan, penjajahan, dsb), 2. tidak terkena atau lepas dr tuntutan, 3. tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu. Lalu Merdeka secara Istilah adalah bebas dari segala belenggu, aturan, dan kekuasaan dari pihak tertentu. Dalam sebuah negara, merdeka berarti bebas dari belenggu, kekuasaan dan aturan penjajah.

Dari situ marilah mulai kita renungkan masing-masing, apakah kita sudah benar-benar Merdeka sementara koruptor masih merajalela di mana-mana? Apakah kita sudah benar-benar Merdeka, sementara hukum tidak tegak berdiri, bahkan sudah goyah dan tinggal menunggu waktu untuk ambruk? Apakah kita sudah benar-benar Merdeka, padahal kita masih berkutat kesusahan dalam memenuhi kebutuhan pokok? Apakah kita memang Merdeka, Merdeka dalam saling menjatuhkan demi merebut harta dan tahta?

Ya, silahkan anda renungkan sendiri pertanyaan-pertanyaan di atas tadi, yang mungkin jika terjawab satu pertanyaan, maka akan muncul banyak lagi pertanyaan yang lain. Di sini pun saya tidak akan membahas hal-hal tersebut satu persatu, sebab pembahasan akan melebar ke mana-mana melihat akan apa yang kita bahas. Seperti korupsi lah, penegakan hukum lah, Merdeka dalam arti sesungguhnya, dan sebagainya. Pun juga kemungkinan besar kita akan merasa muak dan sesak membayangkan, bahwa ternyata ‘Kemerdekaan’ kita masih jauh dari yang diharapkan melihat berbagai macam persoalan, konflik, dan kasus yang tak jua kunjung usai di Tanah Air tercinta kita ini.

Oke langsung saja ke pembahasan kedua dari Judul, yaitu Sepak Bola Indonesia. Lalu apa hubungan Sepak Bola Indonesia dengan Kemerdekaan? Karna Sepak Bola adalah salah satu lambang Nasionalisme yang kuat. Hal ini terbukti dengan antusiasme tinggi masyarakat terhadap Persepak Bolaan tanah air, mulai dari level domestik di tingkat klub masing-masing kota, hingga level International ketika Timnas Indonesia bertanding, entah dalam laga persahabatan ataupun kompetisi di bawah AFC dan FIFA.

Well, Fanatisme akan Sepak Bola lama kelamaan menjelma menjadi sebuah kebanggaan. Dan kebanggan ini menyeluruh, mulai dari Suporter, maupun pemain yang membela panji-panji klub masing-masing.

Sepak Bola bagaikan magnet tersendiri yang menarik seluruh elemen untuk hinggap dan berkutat di dalamnya. Ada sebuah kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri ketika klub yang didukung atau yang dibela memenangi pertandingan. Pun juga ada kesedihan serta perasaan kecewa ketika klub yang dibela atau didukung kalah. Bagi anda yang seorang supporter atau yang sering berkecimpung dalam dunia sepak bola tentu paham sekali akan hal ini. Namun bagi anda yang tidak pernah berkecimpung sama sekali, mungkin akan kesulitan dalam memahami kebanggan itu.

Bisa diibaratkan seperti ini, Ketika saya merasakan cinta kepada wanita, saya bisa mengatakan pada anda tentang perasaan saya. Tapi anda tidak akan mungkin bisa memahaminya jika anda belum pernah merasakan cinta tersebut. Namun jika anda sudah pernah merasakan ‘cinta’ itu, anda akan dapat dengan mudah memahaminya atau bahkan anda akan turut larut dalam cinta yang tengah kita bicarakan.

Tetapi tidak masalah jika anda bukan masuk ke dalam kategori orang-orang yang bercinta dengan sepak bola. Apakah anda Ingat euphoria Timnas Indonesia ketika piala Asia 2007, ketika Indonesia dengan gagah mengalahkan Bahrain namun harus berhenti di tengah jalan karena dihempaskan oleh Korea? Dan apakah anda Ingat ketika piala AFF 2010, saat timnas Indonesia berhasil masuk ke Final, namun harus kalah agregat gol dengan tetangga kita, Malaysia? Sebagian dari anda mungkin hanya ikut-ikutan menonton saja waktu itu, namun apa yang anda rasakan ketika melihat punggawa Merah Putih berjibaku di lapangan? Apakah anda ikut bersorak gembira ketika gol Indonesia tercipta? Apakah terbesit perasaan bahagia walau sedikit saja, ketika Laskar Garuda berhasil memenangkan pertandingan? Dan Apakah anda kecewa, atau bahkan sedih ketika Timnas kita tumbang begitu saja? Jika jawabannya iya, maka anda memiliki dan merasakan cinta tersebut, merasakan kebanggaan tersebut. Dan marilah kita bahas bersama-sama tentang cinta dan kebanggan kita ini!

Dan jika anda telah merasakan kebanggan dan cinta itu, maka mari kita tengok prestasi dari tim yang kita bangga-banggakan dan kita cintai. Saya tidak bermaksud membanding-bandingkan antusiasme masyarakat terhadap prestasi timnas Indonesia. tetapi hanya sekedar ingin berbagi fakta dan data, bahwa ternyata selama 10 tahun terakhir ini ternyata memang prestasi timnas kita selalu begitu-begitu saja. Kita tidak bisa menembus level terelit di dunia, yaitu lolos world cup, di level piala asia kita pun masih tidak bisa berbuat banyak, bahkan di level yang paling dekat yaitu asia tenggara ternyata kita tetap tidak bisa mendominasi.

Miris sekali melihat fakta yang terjadi di lapangan. Antusiasme masyarakat yang luar biasa berbanding terbalik dengan permainan tim di atas lapangan. Dan dari itu semua kita bisa tau, bahwa ada yang salah dengan persepakbolaan Indonesia. Lalu apa yang salah dengan Persepak Bolaan kita? Saya rasa PSSI sebagai induk organisasi tertinggi perlu banyak berbenah untuk memperbaiki prestasi Tim Nasional. PSSI harus tegas dalam menjalankan Liga dan mengatur segala macam persoalan di Persepakbolaan Indonesia.

Banyak permasalahan yang terjadi, lalu apa yang menjadi masalah utama? Adalah bahwa Mafia Wasit dan Pengaturan skor masih tak jarang terjadi di Negeri kita ini. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa dunia hitam ini nyaman bersangkar dan duduk santai di Persepakbolaan kita. Belum lagi soal Sepakbola yang menjadi ajang Bisnis dan Politik bagi segelintir orang. Atau mungkin saja bukan hanya segelintir, namun banyak orang. Itu semua baru yang terjadi di tingkat atas atau level pengurus.

Lanjut turun ke bawah di level klub, banyak pengurus klub tidak professional dan terkesan asal-asalan dalam mengurus klub. Ujung-ujungnya gaji pemain dan official tim pun banyak yang menunggak, bahkan banyak yang merasa berbulan-bulan tidak digaji sama sekali! Pun di level Suporter, masih banyak perkelahian dan tawuran antara supporter. Entah tawuran antara pendukung kesebelasan yang berbeda, bahkan tak jarang pula tawuran yang terjadi justru diantara sesama pendukung klub yang sama.

Ya, itu semua hanya problematika Persepakbolaan Indonesia pada umumnya saja, yang jika dibahas lebih lanjut akan memakan waktu yang lama. Toh dari itu semua kita dapat mengambil sebuah benang merah untuk perenungan kita semua, bahwa ‘Persepakbolaan Indonesia belumlah merdeka’. Sepak Bola kita masih dijajah oleh Mafia dan belum terlepas dari skandal Pengaturan-pengaturan skor. Belum lagi para pemain yang ada, mereka seakan-akan dikerja-paksakan karna berbulan-bulan tidak menerima hak mereka sebagai pemain. Hal yang persis terjadi di jaman penjajahan dulu, yaitu Kerja Rodi. Ditambah dengan tawuran supporter yang menjadi headline di media-media masa. Bahkan di level para pecintanya (supporter), Persepakbolaan kita masih belum Merdeka, masih juga dijajah oleh anarkisme dan rasisme.

Dari itu semua sudah terlihat jelas, bahwa Persepakbolaan Indonesia belumlah Merdeka, bahkan bisa jadi masih dijajah oleh suatu golongan tersendiri hingga Persepakbolaan kita tidak juga berkembang dan seakan-akan jalan di tempat. Maka dari itu, Marilah kita sebagai pecinta sepak bola Indonesia, mewujudkan ‘kemerdekaan’ yang sesungguhnya bagi Persepakbolaan tanah air ini. Tak usah lah kita melihat ke elemen yang lain, cukup kita mulai dari diri kita masing-masing. Jika kita seorang supporter, maka kita hentikan tawuran yang tak berguna anatara sesame pendukung. Jika kita pengurus klub, maka selayaknya kita serius dalam menangani klub yang menjadi tanggung jawab kita. Kita mulai dari diri sendiri untuk mewujudkan Revolusi bagi Sepak Bola Indonesia ini. Perlu adanya kerja sama dari segala pihak untuk dapat memperbaiki Sepak Bola di tanah air.

Well, akhirnya kita semua berharap, semoga ‘kemerdekaan’ bagi Persepakbolaan Indonesia yang sesungguhnya ini dapat segera terwujud. Hingga akhirnya kita dapat melihat Timnas Merah Putih Berjaya kembali Berjaya di tingkat ASIA, bahkan juga di tingkat Dunia. Jayalah Indonesia, Jayalah Sepak Bola Indonesia, Merdeka!!

Rojack – Pasoepati Korwil Yogyakarta

Share :

Baca Juga

Artikel Pembaca

16 Besar Divisi Utama, Apa Kabar Persis Solo?

Artikel Pembaca

[Artikel Pembaca] Bangkitlah Persis Solo!

Artikel Pembaca

Antara Prinsip dan Loyalitas

Artikel Pembaca

Stadion R.Maladi Merupakan Fondasi Pertama Sepakbola Indonesia

Artikel Pembaca

Pasoepati 16th: Merayakan Kebersamaan

Artikel Pembaca

Rasis Itu Penyakit, Bukan Seni

Artikel Pembaca

Turnamen PJS di Solo, Jakmania Kulonuwun ke Pasoepati

Artikel Pembaca

Sepakbola dan Kedewasaan Suporter, Refleksi 11 Tahun Pasoepati