Keberanian Persis Solo mengubah cara pengelolaan klub dengan membentuk sebuah Perseroan Terbatas (PT), menjadi satu catatan positif di tinta sejarah klub berjuluk Laskar Sambernyawa di tahun 2015. Langkah awal membentuk PT yang diberi nama PT. Persis Solo Saestu (PT.PSS) pada 26 Maret 2015 membuat Persis Solo mempunyai pondasi untuk membuat klub menjadi lebih maju.
Namun sayang, seiring perkembangan waktu, tidak ada kinerja signifikan yang disajikan oleh PT.PSS dalam mengelola Persis Solo. Terlebih, tidak adanya kompetisi selama tahun 2015 membuat publik kesulitan untuk membuat tolak ukur kinerja PT.PSS secara utuh dan jauh dari kata subyektif.
Namun, jika melihat kinerja dalam seluruh event yang dilakoni Persis Solo musim ini, ada sejumlah catatan merah kinerja PT. Persis Solo Saestu. Diantara kinerja minornya adalah gagalnya PT PSS menggelar laga uji coba saat Persis Solo genap berusia 92 tahun. Tak hanya itu, secara prestasi pun Persis Solo tidak bisa dibilang bagus, hanya menjadi runner up di ajang kapolda Jateng Cup dan gagal lolos penyisihan grup Piala Kemerdekaan 2015 dengan materi pemain yang cukup mumpuni membuat kinerja PT dalam mengelola tim sedikit dipertanyakan. Tak cukup sampai di situ, rencana menggelar trofeo di akhir tahun 2015 pun akhirnya hanya menjadi angin lalu.
Meski belum maksimal, langkah PT PSS membuat Persis Store menjadi nilai bagus yang dilakukan dalam menjaring pemasukan keuangan PT. Hadirnya toko merchandise resmi tersebut menjadi terobosan positif yang dilalukan oleh PT. PSS.
Lalu bagaimanakah penilaian untuk Pasoepati di tahun 2015? Beberapa catatan positif dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Pasoepati dalam mengelola organisasi. Namun demikian, terdapat sejumlah catatan miring juga patut disematkan untuk DPP Pasoepati.
Sukses menyewa space di komplek Stadion Manahan untuk Sekretariat menjadi catatan bagus yang ditorehkan oleh DPP Pasoepati, hadirnya sekretariat tersebut membuat anggota Pasoepati mempunyai tempat mandiri untuk menggelar rapat organisasi maupun tempat nongkrong untuk anggotanya.
Sukses peluncuran Kartu Tanda Anggota (KTA) Pasoepati sebenarnya menjadi catatan positif, namun lambatnya respon anggota Pasoepati menyikapi KTA membuat program ini menjadi semacam angin lalu dan bisa dikatakan jauh dari harapan.
Lalu bagaimanakah penilain anda?