Home / Artikel Pembaca

Kamis, 16 Juni 2011 - 14:47 WIB

Sepakbola dan Kedewasaan Suporter, Refleksi 11 Tahun Pasoepati

Siapa pun bisa marah – marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik – bukanlah hal mudah.” Begitulah kata Aristoteles, filsuf Yunani dalam The Nicomachean Ethics.

Kerusuhan suporter   yang acap kali terjadi di penyelenggaraan liga sepakbola Indonesia bukanlah berita baru. Kerusuhan ini tentu berawal dari kemarahan dan ketidakpuasan pendukung akan hasil pertandingan, kepemimpinan wasit atau kemarahan terhadap kelompok supporter pendukung tim lain.

Kemarahan akumulatif yang melibatkan ratusan bahkan ribuan orang, bisa berujung pada kemarahan membabi buta yang berakhir terjadinya kerusuhan, pengurusakan, penyerangan dan tindakan kriminal. Dalam wacana sepakbola, pembajakan emosi bernama amarah ini, berakibat timbulnya tindakan destruktif penonton terhadap perangkat  dan infrasruktur pertandingan. Dan inilah wajah sepakbola Indonesia yang selama ini terekam.

Sepakbola tanpa suporter, ibarat sayur tanpa garam – akan terasa hambar. Kehadiran suporter sebuah tim sepakbola tentu bukanlah hanya sekadar bumbu dalam setiap laganya. Suporter bisa menjadi pemain kedua belas bagi sebuah tim untuk membantu memperoleh kemenangan.

Suporter juga mampu memberi semarak dan gempita dalam setiap laga. Jangan lupa pula, fanatisme suporter untuk selalu datang pada setiap laga, secara ekonomi mampu memberikan suntikan finasial bagi panitia pelaksana dan tim dari hasil penjualan tiket.

Menang ora umuk kalah ora ngamuk

Pasoepati lahir satu dasa warsa silam, ketika tim Pelita bermarkas di kota Solo. Animo masyarakat Solo akan pertandingan sepakbola begitu besar. Stadion Manahan kala itu selalu penuh dengan lautan merah laskar Pasoepati. Walaupun pada akhirnya tim Pelita hengkang dari kota Solo, Pasoepati masih tetap eksis. Demikian juga saat tim Persijatim datang dan akhirnya pergi. Sejak saat itu dukungan penuh terhadap klub lokal PERSIS Solo menjadi dedikasi Pasoepati untuk memajukan dan mendukung tim milik sendiri yang sebelumnya hanya bermain di kasta divisi 2.

Kelahiran Pasoepati terjadi saat eforia pembentukan kelompok suporter kreatif terjadi di beberapa kota. Pasoepati menjadi satu di antara sekian kelompok suporter   yang mencoba membawa “virus” suporter dengan label kreatifitas dan cinta damai. Bahkan Pasoepati ikut turut membidani lahirnya kelompok suporter kreatif lainnya.

Bukan tanpa tanpa tujuan dan makna, jika para penggagas dan pentolan suporter waktu itu memberikan nama pada kelompok suporter kebanggaan warga Solo ini. Spirit filosofi budaya jawa pun melekat pada nama kelompok supporter ini. Pasoepati akhirnya menjadi sebuah pilihan akronim singkatan, yang saat ini telah berubah menjadi Pasukan Suporter Paling Sejati.

Srikandi Pasoepati, selalu menjadi pemanis suasana Stadion Manahan Solo

Dukungan dan loyalitas Pasoepati terhadap tim yang bermain di Manahan begitu besar. Walaupun bukan tim yang berasal dari kota Solo waktu itu, namun puluhan ribu Pasoepati selalu memadati tribun stadion Manahan guna memberikan dukungan dengan yel dan nyanyian yang dibalut dalam kreatifitas ala Pasoepati.

Tidak hanya saat bertanding di kandang saja, ketika tim bertandang di kandang lawan, ribuan Pasoepati turut serta sambil menebar virus kedamaian. Mengusung slogan from Solo with Love virus cinta damai coba ditularkan ke komunitas kelompok supporter lain.

Kehadiran Pasoepati benar-benar memberi warna  di kota Solo. Tidak hanya sepakbola yang didukung. Berbagai event olahraga dan kegiatan yang membawa nama kota Solo, Pasoepati selalu hadir mendukung.

Perjalanan Pasoepati selama lebih dari satu dasa warsa ini bukan tanpa halangan dan “noda”. Beberapa friksi dan kejadian negatif pernah pula dialami. Seiring waktu, kedewasaan itu muncul dan tumbuh pada warga Pasoepati dan masyarakat sepakbola Solo dalam menyikapi setiap hasil pertandingan.

Prinsip menang ora umuk, kalah ora ngamuk (menang tidak sombong, kalah tidak mengamuk) lambat laun menjadi pedoman bagi warga Pasoepati dan masyarakat Solo. Bahkan untuk musim kompetisi tahun ini, di saat tim PERSIS selalu kalah di Manahan, Pasoepati pun legawa menerima hasil tersebut. Sikap dewasa dan berbesar hati dalam menerima apapun hasil pertandingan ini, menjadikan kota Solo selama ini kondusif dalam penyelenggaraan pertandingan Sepakbola.

Tidak ayal, kota Solo beberapa kali di tunjuk sebagai tempat penyelenggaraan pertandingan partai final dan pembuka sepakbola nasional. Selain infrastruktur dan kemudahan akomodasi serta akses, suasana kondusif sepakbola di Solo tentu juga menjadi alas an tersendiri.

Citra Baru Suporter Indonesia

Kerusuhan supporter hampir selalu menghiasi berita di media masa. Ulah suporter selalu dicap sebagai biang keroknya – walaupun pada kondisi tertentu sebenarnya menjadi “korban” dari keruwuten sistem persepakbolaan kita.

Saatnya Pasoepati berbenah diri, membuang kesan suporter sebagi biang kerok, menjaga loyalitas, kekompakkan, kreatifitas dan mulai lebih memunculkan sebagai kelompok suporter yang berwajah santun penuh kedamaian.

Citra suporter yang santun tentu menjadi pekerjaan rumah bagi setiap warga Pasoepati untuk dikedepankan. Sehingga masyarakat semakin dekat dengan sepakbola, kota Solo semakin kondusif jika ada pertandingan sepakbola, pada akhirnya Pasoepati mendapat tempat tidak hanya di hati masyarakat Solo, tetapi  juga masyarakat sepakbola Indonesia.

Pasoepati kini telah berusia sebelas tahun. Memasuki usia yang mulai berkepala satu ini, bertepatan dengan eforia semangat perubahan untuk menuju sepakbola Indonesia yang lebih berkualitas. Diharapkan Pasoepati mampu menerima “panggilan” ini, untuk menyuarakan dan mendukung semangat perubahan demi prestasi sepakbola Indonesia di masa mendatang. Suporter yang kritis tentu akan memberikan dukungan. Di sinilah aspek kekuatan suporter sebagai agent of change dalam dunia sepakbola menjadi sesuatu yang urgen.

Diharapkan Pasoepati mampu memberikan citra yang positif sekaligus spirit bagi kelompok suporter lain demi terwujudnya sepakbola Indonesia yang lebih berkualitas di masa mendatang. Merenda persahabatan dan perdamaian dengan semua elemen supporter menjadi tugas kawan-kawan Pasoepati saat ini. Semoga di usia yang kesebelas ini menjadi kelompok suporter yang semakin dewasa.

#artikel kiriman dari The Big Red

Share :

Baca Juga

Artikel Pembaca

[Artikel Pembaca] Persis Solo Atau Pasoepati?

Artikel Pembaca

Crowdfunding Dinamika Satu Dekade Pasoepati

Artikel Pembaca

Pasoepati 16th: Merayakan Kebersamaan

Artikel Pembaca

Sampai Kapan Kami Harus Menunggu ?

Artikel Pembaca

Imajinasi Merger Persis Solo

Artikel Pembaca

Stadion R.Maladi Merupakan Fondasi Pertama Sepakbola Indonesia

Artikel Pembaca

Rasis Itu Penyakit, Bukan Seni

Artikel Pembaca

Artikel Pembaca, Mengenal Prinsip Fair Play