Mensikapi dinamika persepakbolaan di Kota Solo belakangan ini, Minggu (12/4) malam di Balai Persis, DPP Pasoepati menggelar pertemuan dengan pengurus dan pimpinan Korwil Pasoepati. Dalam koordinasi tersebut disepakati, bahwa Pasoepati akan tetap memberikan dukungan penuh pada Persis Solo dalam setiap laga, baik kandang maupun tandang.
Meski memberi dukungan penuh pada Persis Solo, namun Pasoepati juga membentuk tim 7 yang ditugasi untuk berkoordinasi dengan manajamen Persis Solo. Tugas tim 7 tersebut, adalah mempertanyakan segala sesuatu terkait dengan keberadaan PT Persis. Baik saat proses pembentukan, pengangkatan direksi serta pembagian saham di Persis.
Pembentukan tim 7 yang beranggotakan 3 orang perwakilan DPP, 3 orang perwakilan Korwil dan 1 orang dari independen (UNS Surakarta) tersebut, untuk melakukan koordinasi dengan manajemen ini, bukan berarti Pasoepati melakukan intervensi terhadap Persis Solo. Namun apa yang dilakukan ini merupakan bentuk kepedulian terhadap Persis Solo dan demi kemajuan persepakbolaan di Kota Solo.
Persoalan PT harus segera diselesaikan. Karena kalau tidak, kawatir ke depan bisa jadi masalah hukum. Kita tidak menang-menangan. Kritisnya kita itu ingin menyelamatkan para pengurus persis yang informasinya telah menjadikan Persis sebagai milik pribadi dalam bentuk saham.
Pasoepati bukan intervensi, tapi mencari solusi. Karena ada kekawatiran di dari para pecinta Persis Solo tentang pengelolaan Persis ke depannya. Kekawatiran tersebut adalah soal status kepemilikian Persis Solo yang selama ini menjadi milik publik Kota Solo telah bergeser menjadi milik pribadi sebagian pengurus Persis. Dimana, 26 klub memiliki saham masing-masing 1 % (total 26 %) sedangkan sisanya 74 % saham dimiliki oleh sebagian pengurus Persis sendiri.
Selain penegasan dukungan penuh pada tim kesebelasan Persis Solo dan pembentukan tim 7, dalam pertemuan tersebut juga disepakati bahwa sikap resmi selanjutnya akan disampaikan setelah koordinasi antara tim 7 dengan manajemen Persis Solo. Jika tidak ada titik temu antara tim 7 dengan manajemen, kita akan ambil sikap tegas. Ya bisa boikot atau mendukung penuh. Itu tergantung perkembangan nanti.
Rapat koordinasi Pasoepati kemarin malam, dipimpin oleh Presiden Pasoepati Bimo Putranto dan Wapres Ginda Ferachtriawan serta dihadiri oleh pengurus dan perwakilan 11 Korwil Pasoepati. Apa yang disepakati oleh Pasoepati tersebut, merupakan tindak lanjut dari aspirasi sejumlah Korwil Pasoepati yang hadir dalam pertemuan. Misalnya, dari Korwil Kartasura. Pada pertemuan tersebut mengungkapkan, selaku pendukung setia Laskar Samber Nyawa, mereka ingin tahu secara detail siapakah pemilik saham PT yang kini mengelola Persis Solo.
“Kalau bisa dimiliki oleh perorangan, kok tidak pernah disampaikan ke publik. Karena setahu kami Persis sudah menjadi milik publik dan aset kota. Kemudian kalau masyarakat boleh punya saham, itu bagaimana caranya,” ungkap perwakilan dari Korwil Kartasura.
Sementara itu, perwakilan Korwil Pasar Kliwon mengungkapkan, bahwa pihaknya menginginkan kejelasan legalitas kepemilikan Persis. Menurutnya, saat ini Persis memang milik 26 klub, dan dalam menjalakan aktivitasnya didukung dana oleh Pemkota Surakarta. ”Trus tiba-tiba, ada PT yg katanya sudah ada yg punya saham. Kalau sahamnya, milik direksi berarti itu milik perorangan. Dengan demikian, kepemilikan itu tertutup. Kok bisa, Persis diambil alih secara perorangan,” ungkapnya dengan nada tanya.
Diapun menyampaikan, saat pergantian kepengurusan PSSI Solo beberapa waktu lalu, Walikota Solo bilang, Pasoepati jangan hanya bengak-bengok kalau perlu punya saham di Persis Solo. Tapi dalam perkembangannya, ternyata Persis telah ”dikuasi” dan dimiliki oleh para pengurus dan direksi sendiri dengan menguasai mayoritas saham (sekitar 74 % saham) di PT yang mengelola Persis Solo.
Untuk itu, dari Korwil Pasoepati Pasar Kliwon meminta agar DPP Pasoepati mempertanyakan kejelasan tentang badan hukum pengelola Persis Solo. Bahkan, diapun berandai-andai jika Pasoepati dilibatkan dalam hal saham. ”Saya yakin akan menjadi luar biasa karena Pasoepati akan merasa memiliki dan benar-benar memiliki.”
Ditambahkan, bahwa jika pengelolaan Persis masih seperti sebelumnya tidak masalah karena Persis adalah milik warga. Tapi kalau sudah dibagi dalam saham-saham, berarti sudah menjadi milik perorangan dan bukan lagi milik masyarakat secara luas. Sebaiknya dalam persoalan ini, baik Pasoepati maupun Persis Solo saling membuka diri, untuk rembugan bareng soal saham demi kemajuan dan kejayaan Persis Solo. Pernyataan hampir senada, juga disampaikan sejumlah Korwil yang hadir pada pertemuan tersebut, seperti Korwil Laweyan, Cemani, Karanganyar, Boyolali, Colomadu, Sukoharjo dan Mojolaban