Persis Solo gagal melewati ujian pertamanya kala ditantang Persikab kabupaten Bandung, Minggu (20/5) sore di stadion Manahan Solo. Melawan tim Dalem Bandung, julukan Persikab, Persis harus puas berbagi angka 1-1. Hasil imbang ini otomatis menggagalkan ambisi Persis yang kini sedang berusaha memburu 9 poin dari 3 pertandingan tersisa.
Junaidi melakukan protes kepada inspektur pertandingan terkait keputusan kontroversial wasit yang tidak mengesahkan gol kedua Persis.
Pelatih Persikab Bandung, Enjang Ibrahim mengaku bahwa hasil imbang yang didapatkan timnya tak terlepas dari kegagalan para pemain Persis menampilkan permainan terbaiknya. Bahkan, Enjang mengaku heran Persis tidak bisa tampil seperti saat di pertemuan yang berlangsung di Bandung beberapa waktu yang lalu.
“Kami bersyukur bisa menahan imbang tuan rumah. Saya berani katakan di sini bukan karena tim kami yang bagus, tapi mungkin karena Persis sendiri sedang tidak dalam performa terbaiknya. Permainan Persis jauh sekali dengan saat bermain di Bandung. Ketika itu Persis begitu solid dan semuanya bisa tampil bagus. Jadi hari ini kami beruntung karena Persis tidak sedang dalam top perform-nya,” ujar Enjang Ibrahim.
Ketika didesak para juru warta terkait kepemimpinan wasit, Enjang enggan untuk memberikan komentar panjang lebar. Hanya saja, Enjang memberikan persetujuannya jika kepemimpinan wasit dinilai sebagian pihak sebagai kepemimpinan yang tidak tegas di lapangan pertandingan.
“Saya sendiri tidak berhak berkomentar terkait wasit, hanya saja saya menyayangkan saja. Artinya, saya menyayangkan karena pertandingan tadi tercoreng dan kurang enak dilihat karena ketidaktegasan dari seorang pengadil di lapangan. Kami setuju jika ada ungkapan seperti itu, tapi kalau untuk berkomentar tentang wasit lebih jauh, saya tidak berani. Itu bukan lahan saya,” pungkasnya.
Sementara itu pelatih Persis Solo, Junaidi mengaku geram dengan kepemimpinan wasit yang merugikan timnya. Puncak kegeraman Junaidi lebih tertuju pada dianulirnya gol kedua Persis yang lahir melalui Ferryanto di menit ke-78. Junaidi mempertanyakan alasan hakim garis yang mengangkat bendera pertanda offside untuk Ferryanto sebelum mencetak gol. Menurut versi Junaidi, dirinya tidak melihat adanya situasi offside untuk pergerakan Ferryanto.
“Di babak kedua semestinya kita bisa unggul 2-1. Saya sendiri tidak tahu itu wasit dari mana bisa melihat itu offside. Seandainya wasit mau menjelaskan kepada saya itu offsidenya bagaimana, dan saya mengerti penjelasannya, maka saya siap bilang oke. Berarti wasit bagus, wasit hebat. Tapi, saya sama sekali tidak melihat itu sebuah offside.”
“Kalau memang saya melihat offside, maka saya harus fair play dan tidak perlu protes. Tapi ini saya tidak melihat offside sama sekali. Nah ini yang akhirnya membuat emosional kita naik lagi dan tidak terkontrol. Jadi di babak kedua seharusnya kita sudah bisa menang, tapi ya lagi-lagi wasit bertindak kontroversial,” geram Junaidi di hadapan wartawan seusai pertandingan.
Persis sendiri tidak sekali ini saja merasa dirugikan oleh wasit. Beberapa kali di pertandingan kandang maupun tandang, Persis sudah kerap kali dikerjai sang pengadil di lapangan. Bahkan, sudah beberapa kali pula pelatih Junaidi di hadapan media meminta agar pihak-pihak terkait di kepengurusan PSSI agar berkenan memajukan dan memperbaiki lagi kualitas SDM wasit di Indonesia.