Loyalitas Tanpa Batas, kalimat yang seolah sudah menjadi identitas bagi suporter asal Solo, Pasoepati. Jika mengacu pada arti kata loyalitas yang artinya sebuah kesetiaan, pantas rasanya jika Pasoepati menjadi salah satu suporter yang loyal dalam mendukung tim kesayangannya.
Aksi flares Pasoepati saat Persis Solo menghadapi PSIS Semarang pada partai terakhir kompetisi Divisi Utama LPIS di stadion Manahan
Meskipun dalam beberapa tahun terakhir Persis Solo seakan miskin prestasi dan selalu berkutat di papan bawah klasemen kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia, namun hal itu tidak menyurutkan niatan Pasoepati untuk terus mendampingi perjuangan tim kesayangannya.
Tak peduli jarak maupun waktu, mungkin kata itu tepat untuk menggambarkan militansi dari Pasoepati. Musim lalu misalnya, tidak ada satupun pertandingan Persis Solo yang tidak dihadiri suporternya. Bahkan saat Persis Solo bermain di Palangkaraya pun Pasoepati turut hadir memberikan semangat diantara ribuan pendukung tuan rumah.
Menarik memang ketika membicarakan loyalitas Pasoepati saat mendukung Persis Solo, yang bahkan diantara ribuan Pasoepati yang memerahkan stadion manahan terdapat beberapa Pasoepati yang melakukan perjuangan luar biasa untuk bisa sampai ke stadion Manahan Solo.
Diantara mereka bahkan sampai harus menempuh perjalanan sekitar 2 jam perjalanan darat demi mendukung Javier rocha cs bertanding di stadion manahan.
Salah satu diantaranya adalah Yoga Pujantoko, pria lajang yang saat ini tinggal di Praci Wonogiri ini mengaku harus naik motor lebih dari 2 jam untuk bisa sampai ke stadion Manahan. Lelah memang, namun menurut Yoga hal itu menjadi sebuah kepuasan hati ketika menyaksikan tim kesayanganya berlaga.
“Sebetulnya jika menilik jarak, lebih dekat ke Jogja dibandingkan ketika harus ke Solo. Namun bukan masalah jarak, untuk hal ini hati yang berbicara dan hatiku murni Persis Solo” ujar Yoga ketika diwawancarai redaksi PasoepatiNet.
Tidak mudah memang menjaga loyalitas ketika tim yang didukungnya sering mengalami kekalahan, ejekan dari teman-teman pun sering diterimanya namun hal itu bisa ditepis berkat rasa cintanya pada Persis Solo.
“Sering kita diejek teman-teman ketika Persis Solo sering kalah, tim kalahan kok didukung. Ya tetapĀ kecewa tapi kecintaan pada klub tidak akan luntur. Ketika menang, jarak tidak terasa karena sewaktu pulang sambil menyayikan kemenangan persis solo.” lanjut Yoga.
Tak hanya saat partai kandang, dirinya pun juga turut memberikan dukungan pada Persis Solo saat melakoni partai tandang. Musim lalu, diantara kesibukannya menjalani rutinitas pekerjaannya, Yoga mengaku sempat tiga kali ikut tur mendukung Persis Solo. Sleman, Semarang dan Magelang menjadi saksi kecintaanya pada laskar Sambernyawa.
Ribuan Pasoepati yang memadati tribun VIP stadion Madya Magelang
Seperti halnya dengan Yoga, nasib serupa juga dialami Heri Hastomo, seorang Pasoepati yang bertempat tinggal di daerah Purwodadi. Dirinya pun mengakui bahwa partai Persis Solo di Manahan ibarat partai tandang bagi dirinya, karena jauhnya jarak yang harus ditempuh. Namun itu tidak menghalangi niatnya untuk memberikan dukungan pada Persis Solo di setiap laga kandang Persis Solo musim lalu.
“Musim lalu Alhamdulillah selalu hadir di manahan, walaupun Persis bermain di Manahan, sebenarnya bagi saya itu sudah tour, karena jarak tempuh, tapi itulah bukti loyalitas dan kecintaan saya terhadap Persis” ujar Heri.
Selama mendukung Persis, banyak sekali pengalaman yang dialami Heri. NamunĀ menurutnya yang menarik selama jadi Pasoepati adalah pada musim 2006/2007 saat pertandingan pra musim antara PSIS menghadapi Persis Solo di stadion Jatidiri semarang.
“Saat itu keadaan belum betul-betul kondusif, saya datang dengan mas phyon berdua, kami memutuskan untuk beli tiket tribun timur, waktu itu stadion penuh kita ditengah2 ribuan panser biru, tak ada warna merah, tak ada spanduk Pasoepati/Persis. waktu itu Persis mencetak gol terlebih dahulu, spontan kita meryakan gol tersebut..berteriak gooooollllll dan berdiri berjingkrak kegirangan, tapi setelah melihat heningnya stadion, dan orang-orang disekitar kita semua melihat dan memperhatikan kita,” terang Heri.
“Saya dan mas phyon baru tersadar ini bukan manahan tapi jatidiri, seperti salah tingkah kita pun duduk kembali..Alhamdulillah tidak ada insiden yang membuat kita terluka saat itu, karena semua mata tertuju kepada kami, walaupun ada kata kotor, tapi tak ada bogem melayang. setelah pertandingan berakhir menunggu bis Persis keluar stadion, kami membentangkan syal Pasoepati/Persis , pesan yang ingin saya sampaikan kepada pemain dan official waktu itu, Kalian disini tidak berjuang sendirian, balasan lambaian tangan dan tepuk tangan beberapa pemain, membuat saya terharu.” pungkasnya.
Cerita diatas mungkin hanya sebagian kecil dari sebuah militansi dan loyalitas yang diperlihatkan Pasoepati saat mendukung Persis Solo. Banyak aksi lain yang lebih heroik yang diperlihatkan Pasoepati, semua aksi tersebut dilakukan sebagai ungkapan kecintaan terhadap Persis Solo.
Namun, tidak ada yang lebih militan dari siapapun yang mencintai Persis Solo jika semua dukungan berasal dari hati dan dilakukan dengan cara positif demi kejayaan Persis Solo.
Kita semua mencintai Persis, kita semua pendukung Persis dan sudah selayaknya kita bisa bergandengan tangan dengan penuh kekeluargaan saat memberikan dukungan terhadap Persis Solo dibawah bendera Pasoepati.