Dalam waktu dekat ini, sebuah laga klasik akan tersaji antara dua tim yang memiliki sejarah dan tradisi panjang dalam sepak bola nasional. Kedua tim tersebut adalah Persis Solo yang akan berhadapan dengan Persib Bandung. Kedua tim tersebut akan melaksanakan laga eksibisi dalam rangka puncak acara perayaan 2 dekade berdirinya kelompok suporter Persis Solo yaitu Pasoepati sekaligus hari jadi kota Surakarta yang ke-275. Rangkaian acara pertandingan bertajuk “Anniversary Match: A Sinergy Between Supporters and the Goverment” rencananya akan di helat pada tanggal 15 Februari 2020.
Sebagaimana sudah banyak diketahui bahwa Persis Solo dan Persib Bandung merupakan 2 dari 7 bond yang ikut serta dalam pembentukan PSSI sebagai federasi sepak bola bumiputra di masa kolonial yang masih langgeng keberlanjutan organisasinya sampai saat ini. Meski fakta sejarah telah mengungkap bahwa kedua tim memiliki sejarah panjang dalam persepakbolaan nasional, tapi untuk pertemuan / head to head antara kedua tim tidak terlalu banyak atau bisa dikatakan tidak terlalu rutin bertemu.
Hal tersebut disinyalir terjadi karena pada masa awal kompetisi Perserikatan, kedua tim tidak bertemu dalam satu zona babak penyisihan. Persis dan Persib baru bisa bertemu ketika keduanya lolos dari babak penyisihan zona dan sama-sama melaju ke putaran final nasional. Di era kompetisi Ligina pun juga laga antara Persis dan Persib juga tidak banyak bertemu karena perbedaan kasta kompetisi / penyisihan grup. Bisa dikatakan bahwa laga persahabatan yang akan berlangsung pada tanggal 15 Februari 2020 di Stadion Manahan Solo esok merupakan torehan sejarah baru setelah kedua tim sudah cukup lama tidak bersua.
Melihat kembali ke masa lalu, ada beberapa sumber sejarah tentang duel Persis melawan Persib yang tercatat sejak kompetisi Perserikatan bergulir sebelum masa kemerdekaan. Namun, dari sekian banyak jejak sejarah yang dapat dilacak, ada fakta bahwa dalam beberapa kali kesempatan Persib Bandung mampu menggilas Persis Solo tanpa ampun. Skor telak 8-1, 7-1, atau kisah ketika Persib juara Perserikatan tahun 1937 di Stadion Sriwedari Solo merupakan beberapa momok bagi Punggawa Persis ketika menghadapi Persib.
Contoh nyata adalah ketika Persis diundang oleh Persib untuk melaksanakan pertandingan segitiga bersama Persija Jakarta di lapangan UNI Bandung pada tahun 1950. pertandingan segitiga atau dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah Driehoekstournooi merupakan kejuaraan yang sering dilaksanakan oleh tim/bond sejak masa kolonial hingga tahun 1980-an yang dilakukan oleh tiga tim dalam format kompetisi mini.
Pertandingan segitiga antara tuan rumah Persib Bandung melawan dua tamunya yaitu Persija Jakarta dan Persis Solo itu dilaksanakan 3 hari berturut-turut dari hari Jumat 29 September 1950 hingga hari Ahad tanggal 1 Oktober 1950 dan setiap pertandingan dimulai pukul 16.45. Pada hari pertama, Sang tuan rumah akan bertanding melawan Persija. Di hari kedua, Persija ganti melawan Persis Solo, dan di laga terakhir, Tuan rumah Persib Bandung yang akan melawan Persis Solo. Dilihat dari jadwal pertandingan, tentu Persib Bandung sangat diuntungkan karena main di hari pertama dan ke-3. Sedangkan Persis dan Persija bermain langsung dalam rentan 2 hari sekaligus. Artinya, Persib dapat waktu istirahat di hari kedua untuk memulihkan tenaga setelah pertandingan pertama sebelum menghadapi laga pamungkas di tanggal 1 Oktober 1950 melawan Persis Solo.
Menariknya, hampir disetiap pertandingan segitiga yang hampir serupa, untuk harga karcis masih berkisar pada harga 2 s/d 5 rupiah per-pertandingan dan jika beli tiket sekaligus untuk tiga pertandingan akan mendapat diskon. Diskon setengah harga juga diberlakukan khusus bagi anak-anak, anggota pengurus dan keluarga besar Persib, serta para tentara dan polisi.
Gambar 1. Jadwal Pertandingan segitiga yang mempertamukan Persib, Persija, dan Persis di lapangan UNI Bandung.
Sumber: Algemeen Indisch dagblad de Preangerbode 29-09-1950
Pada jalannya pertandingan, tuan rumah benar-benar memanfaatkan keuntungan pembagian jadwal sekaligus dukungan para penonton yang tumpah ruah memenuhi setiap sudut tribun lapangan UNI Bandung. Pada pertandingan perdana di hari jumat sore tanggal 29 September 1950 ketika Persib menghadapi Persija, Persib mampu memenangkan pertandingan dengan skor 2-0 setelah dibabak pertama sudah unggul 1-0. Di hari kedua, giliran Persija yang menghadapi Persis. Dalam pertandingan yang cukup berimbang ini, Persis dapat menunjukkan perlawannanya terhadap serangan pemain Persija yang terus menggempur pertahanan Persis. Pada turun minum babak pertama, keunggulan skor 2-1 menjadi milik Persis. Pada babak kedua, tempo permainan tetap berjalan efektif dan saling jual beli serangan. Namun, meski sama-sama bisa menambah satu gol untuk masing-masing tim, kemenangan tetap berada di tangan Persis dengan skor akhir 3-2.
Kemenangan ini menempatkan Persis di posisi runner-up klasemen di bawah Persib karena kalah selisih gol. Persis kemasukan 2 gol dan memasukkan 3 gol sedangkan Persib mampu memasukkan 2 gol tanpa kemasukan ketika menghadapi Persija. Sedangkan Persija praktis hanya menduduki dasar klasmen karena dalam 2 pertandingan mengalami kekalahan serta sudah tertutup harapan bisa meraih juara pada kompetisi pertandingan segitiga ini. Setelah kemenangan Persis atas Persija, tentu saja laga di hari Ahad 1 Oktober 1950 menjadi pertandingan penentu siapakah yang akan berhasil menjadi kampiun antara Persis Solo melawan tuan rumah Persib Bandung.
Pertandingan pamungkas yang dilaksanakan pada hari Ahad akhirnya berlangsung riuh dan ramai penonton. Lapangan UNI Bandung penuh sesak karena merupakan pertandingan penentuan siapa yang berhak mendapatkan juara dalam pertandingan segitiga ini. Tepat pukul 16.45 pertandingan dimulai dan kedua kesebelasan dengan kekuatan maksimal saling menyerang. Meski sama-sama ngotot untuk berjuang memenangkan pertandingan, Persib ternyata mampu memberikan perlawanan yang lebih dominan bahkan mampu mengungguli Persis 3-0 hingga paruh waktu di istirahat babak pertama. Seolah telah kehabisan daya dan asa, Persis malah semakin terpuruk dengan bertubi-tubi diserang dan Persib terus menambah pundi-pundi golnya hingga total memasukkan 8 gol dan Persis hanya mampu membalas dengan 1 gol. Tentu hal ini bukan hal yang baik dan diharapkan oleh para punggawa Persis yang membawa nama besar sepak bola Surakarta.
Gambar 2. Koran berbahasa Belanda yang mewartakan hasil pertandingan segitiga sepakbola antara tiga bond legendaris, Persib, Persis, dan Persija. Tuan rumah Persib Bandung yang akhirnya keluar menjadi juara.
Sumber: Java-bode nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie 03-10-1950
Hasil yang cukup memilukan bagi Persis ini akhirnya menjadi santapan media-media cetak sepeti koran di masa itu. Sebagai tambahan pengetahuan, koran-koran berbahasa Belanda yang dikelola oleh orang-orang Belanda pada masa kemerdekaan masih banyak yang bertahan sebelum akhirnya di tahun 1957-an terpaksa gulung tikar sehubungan dengan banyaknya proses nasionalisasi dan dekolonisasi perusahaan-perusahaan asing di Indonesia. Beberapa surat kabar yang mewartakan hasil pertandingan segitiga ini selain harian Java-bode nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie 03-10-1950 ada juga harian De locomotief Samarangsch handels- en advertentie-blad 03-10-1950 yang terbit di Semarang, Algemeen Indisch dagblad de Preangerbode 03-10-1950 yang terbit di Bandung, serta buletin De vrije pers ochtendbulletin 03-10-1950. Beberapa surat kabar tersebut isi beritanya hampir sama hanya judul beritanya dibuat berbeda-beda sesuai kehendak redaksi.
Kegemilangan Persib dalam mengalahkan Persis Solo tidak terlepas dari peran salah satu pemain legendarisnya bernama Anda Ratna. Dalam pertandingan tersebut, Anda Ratna tidak tanggung-tanggung mencetak 7 gol di gawang Persis. Pemain-pemain bintang yang dimiliki Persis seperti Darmadi dan Sidi yang juga pernah menyandang amanah sebagai kapten timnas Indonesia di tahun 1950-an dibuat tak berkutik saat meladeni pernainan dari Anda Ratna cs. Ada kemungkinan pula bahwa tenaga pemain Persis sudah banyak terkuras tatkala bertemu dengan Persija di hari kedua. Dengan demikian, sisa tenaga dan semangat punggawa Persis sudah di titik nadir apalagi ketika memasuki paruh waktu babak kedua saat melawan Persib.
Gambar 3. Potongan berita koran berbahasa Belanda yang mewartakan bahwa Persib mampu menunjukkan bahwa tim tersebut layak menjadi juara ditambah hasil impresif Anda Ratna yang menyarangkan 7 gol kegawang Persis Solo.
Sumber: Algemeen Indisch dagblad de Preangerbode 03-10-1950
Kekalahan telak Persis Solo atas Persib Bandung ini merupakan salah satu dari berbagai kekalahan lain yang menjadi rentetan awal mula dekadensi prestasi dan eksistensi Persis Solo di era kompetisi Perserikatan pasca kemerdekaan. Sebagai penikmat kultur sepakbola Surakarta tentu kita tidak menginginkan Persis kembali ke masa-masa kelam tersebut.
Kemenangan telak Persib atas Persis Solo ini juga menandakan bahwa Persib tidak pernah main-main tatkala bersua dengan Persis Solo. Dari ulasan salah satu fakta sejarah ini tentu seluruh khalayak pecinta sepak bola Surakarta berharap bahwa jamuan Persis melawan Persib tanggal 15 Februari nanti menjadi titik awal penulisan sejarah baru bahwa Solo juga mampu menaklukkan Bandung.
Tidak sepatutnya pula untuk saat ini punggawa Persis untuk minder atau iri terhadap status Persib yang menjadi salah satu jajaran tim elit di Indonesia, mengingat Persis Solo saat ini juga didominasi oleh para pemain jebolan Liga 1 yang memiliki reputasi baik ditambah pertandingan eksibisi ini merupakan pertandingan perdana Persis kembali ber-homebase di Stadion Manahan setelah dua musim yang lalu harus menjadi tim musafir karena Stadion Manahan sedang di renovasi. Bismillah, InsyaAllah musim depan siap madep mantep Liga 1 nggih Sis?…
Artikel ditulis oleh: Muhammad Ilham Syifai