Home / Artikel Pembaca

Senin, 1 Juli 2013 - 23:47 WIB

[Artikel Pambaca] Saya Pilih Persis Solo

Awal tahun 2000 silam, saat Pelita bermarkas di Solo, publik Solo yang haus akan tontonan seperti sebuah besi yang terkena magnit. Ribuan orang-orang berbondong-bondong datang ke stadion Manahan saat Pelita melakoni laga kandang, suasana Manahan belum berwarna merah karena memang di Solo belum ada kelompok suporter resmi.

Metamorfosis pecinta bola di Solo ke dalam kelompok suporter terjadi ketika ribuan Aremania datang ke stadion Manahan, ribuan penonton Solo yang waktu itu hanya datang sbg penikmat bola hanya terpana ketika Aremania sudah bernyanyi dengan kompak berbalut atribut biru yang memenuhi tribun utara Stadion Manahan.

Dari moment itulah terbentuk Pasoepati, suporter resmi klub Pelita Solo. Sejarah memang mencatat Pasoepati lahir dari Pelita Solo dan harus berganti klub yang didukung sampai akhirnya pengurus sepakbola Solo memilih untuk menghidupkan kembali klub sepakbola asli Solo yang sempat lama tertidur karena krisis finansial, Persis Solo.

Saya tidak pernah malu mengakui sejarah yang mencatatkan saya pernah sebagai pendukung Pelita Solo, karena generasi saya waktu itu yang masih SMP dan para senior memang Pasoepati yang lahir karena Pelita Solo. Dan saya juga tidak menemukan alasan kenapa harus malu mengakui sebuah pilihan ketika mendukung Pelita Solo waktu itu.

Seiring perkembangan jaman, saya dan banyak teman seangkatan saya akhirnya memutuskan untuk mencintai satu klub dan tidak pernah terpikir untuk mencintai klub lain. Ya, Persis Solo dan hanya Persis Solo yang akan saya dukung meski DPP Pasoepati memberikan arahan (dalam AD/ART Pasoepati) untuk mendukung tim yang membawa nama baik Solo.

Keputusan yang membuat banyak orang mendebat, karena waktu itu muncul klub Solo FC yang lahir saat sepakbola Indonesia tengah memperjuangkan reformasi sepakbola. Saya pun tidak bergeming, dalam hati, keputusan saya sudah bulat dan siap menerima konsekuensi pilihan hidup saya.

Saling sindir di dunia maya pun menjadi hal yang tidak terelakkan, banyak yang mendebat berdasarkan alasan AD/ART Pasoepati. Namun saya tidak bergeming karena saya sudah mantab dengan pilihan sebagai generasi Pasoepati Persis Solo, bukan generasi Pasoepati Pelita Solo.

Ada sebuah pergerakan sejarah yang sebetulnya harus dimaklumi oleh para senior Pasoepati, bagi mereka yang senior mungkin bisa memahami aturan main di Pasoepati. Namun sebenarnya mereka harus bisa memberikan pembenaran untuk generasi yang ketika mereka lahir sebagai Pasoepati, generasi di bawahnya mungkin belum mengenal sejarah Pasoepati.

Ya, bagi mereka yang saat saya menjadi Pasoepati (tahun 2000) masih berusia dibawah 6 tahun, bisa jadi Pelita bukanlah tim pertama yang mereka dukung. Mungkin mereka bergabung menjadi Pasoepati saat kebanyakan Pasoepati mendukung Persis Solo. Saya menyebut mereka adalah generasi Pasoepati Persis Solo. Salahkah mereka? Saya bisa memaklumi jika generasi ini hanya mencintai Persis Solo karena di awal mereka menjadi suporter, klub yang mereka dukung adalah Persis Solo. Saya juga memaklumi jika para senior mempertahankan idealisme sesuai AD/ART yang mendukung semua tim yang membawa nama baik Solo.

Saya mungkin bisa menjadi generasi yang menerima sebuah perbedaan dengan lapang dada, namun apakah semua bisa berlaku seperti saya? Saya tidak mempermasalahkan jika mereka tidak bisa, dan juga tidak mau ambil pusing dengan hal tersebut. Bagi saya memberikan cinta sepenuh hati saya untuk Persis Solo lebih memberikan arti daripada sibuk berdebat dengan perbedaan yang ada.

Sekarang saat hanya ada klub bernama Persis Solo (meski ada 2 versi), miris rasanya menyaksikan perdebatan di dunia maya terkait siapa yang paling loyal kepada Persis Solo, siapa yang paling benar. Maaf jika saya harus mengkritik, sikap dan perdebatan yang terjadi bukanlah hal cerdas untuk suporter sebesar Pasoepati, tindakan yang terkesan kerdil mengingat usia Pasoepati sudah 13 tahun.

Jika memang masih terus ada perdebatan terkait Pasoepati untuk klub apa? Saya adalah Pasoepati untuk Persis Solo, pilihan inilah yang akan terus saya pertahankan. Klub ini sudah menghabiskan milyaran APBD dan banyak pengorbanan yang diberikan suporter untuk Persis Solo. Klub inilah yang membuat saya bisa belajar dan akhirnya mencintai klub sepakbola, bukan karena malu ataupun bosan dengan sindiran suporter lain terkait sejarah Pasoepati.

Sekiranya pilihan saya ini salah, saya siap untuk disalahkan jika menurut orang lain saya tidak paham AD/ART Pasoepati. Saya hanya ingin melihat perjuangan suporter untuk Persis Solo ini terbayar lunas dengan prestasi klub yang penuh sejarah ini. Sebagai Pasoepati, mimpi saya adalah mimpi untuk Persis Solo, bukan untuk klub lain.

#Artikel kiriman dari Herman, salah seorang Pasoepati penghuni tribun timur Stadion Manahan.

Share :

Baca Juga

PERSIS SOLO

16 Besar Divisi Utama, Apa Kabar Persis Solo?

Artikel Pembaca

Airmata Seorang Pasoepati Jakarta

Artikel Pembaca

Ketika Cinta Terbentur Permusuhan Suporter

Artikel Pembaca

Tarkam Untuk Menyambung Hidup

Artikel Pembaca

[Artikel Pembaca] Persis Solo Atau Pasoepati?

Artikel Pembaca

SELALU HADIR DI LAGA PERSIS SOLO TAHUN 2017, CHRIS MOENCROT INGIN ULANGI DI TAHUN 2018

Artikel Pembaca

Khotbah Untuk Jamaah Persis Solo

Artikel Pembaca

[Artikel Pembaca] Passion, Fanatisme dan Kegilaan